Jumat 05 Desember 2025
ALLAH MENJADI MANUSIA
Bacaan Sabda : Yohanes 1:14
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
“Firman itu adalah Allah, dan Firman itu telah menjadi manusia.” Pernyataan ini berarti bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Di dalam diri Yesus, keallahan dan kemanusiaan berpadu secara sempurna. Karena Ia menjadi manusia, Yesus mengalami segala hal yang juga dialami manusia — keterbatasan, penderitaan, dan pencobaan. Namun demikian, Ia selalu menang, sebab meskipun Ia hidup sebagai manusia, Ia tidak pernah berbuat dosa.
Banyak orang yang tidak percaya sering mempermasalahkan kebenaran ini. Mereka menganggap ajaran bahwa Allah menjadi manusia sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, seolah-olah Allah kehilangan cara yang logis untuk menyelamatkan manusia. Namun, perlu dipahami bahwa cara Allah ini bukanlah keputusan mendadak, melainkan rencana ilahi yang sudah ditetapkan sejak manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3:15).
Sepanjang sejarah, Allah telah mengarahkan rencana penyelamatan-Nya melalui nubuat para nabi dan melalui perjalanan umat Israel sebagai bangsa pilihan-Nya. Waktu yang tepat bagi Allah untuk menjadi manusia adalah keputusan yang diambil berdasarkan kedaulatan-Nya sendiri. Rasul Paulus menulis: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”(Galatia 4:4)
Dalam Kejadian 3:15 telah dijanjikan bahwa keturunan perempuan akan menghancurkan rencana iblis yang ingin membinasakan manusia. Istilah “keturunan perempuan” menunjuk kepada Yesus, yang adalah Anak Allah — lahir dari seorang perempuan tanpa keterlibatan seorang laki-laki, karena Maria mengandung dari Roh Kudus.
Dengan demikian, secara manusiawi Yesus bukan keturunan seorang laki-laki, melainkan keturunan perempuan yang dikandung secara ajaib dan adikodrati. Rasul Paulus juga menegaskan bahwa Putra Allah itu lahir dari seorang perempuan, sebab Dia adalah Allah yang menjadi manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Allah menjadi manusia adalah cara Allah sendiri untuk menyelamatkan manusia, sesuai dengan kedaulatan dan rencana-Nya yang sempurna. Dalam Yesus Kristus, Allah menjadi manusia untuk menebus dosa manusia. Di dalam peristiwa ini, kasih dan keadilan Allah bertemu — manusia berdosa seharusnya menerima hukuman, tetapi Yesus, Allah yang menjadi manusia, menanggung hukuman itu bagi mereka. Yesus menjadi manusia tanpa dosa, agar layak menanggung dosa umat manusia yang berdosa, sebab manusia yang berdosa tidak mungkin mampu menebus dirinya sendiri. MT
Tuhan adalah Allah yang menjadi manusia bukan manusia yang menjadi Allah.








