Senin 24 November 2025
SUKACITA DALAM KASIH PERSAUDARAAN
Bacaan Sabda : Keluaran 2:11-24
“Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.” (Keluaran 2:24)
Menjadi putra mahkota tentulah status yang sangat menjanjikan. Sudah pasti berbagai kesenangan, kenikmatan, hiburan, dan kenyamanan menjadi miliknya. Belum lagi kemasyhuran, kekayaan, ketenaran, serta kehormatan yang melekat pada namanya. Namun, semua itu tampaknya tidak membuat hati Musa, sang putra mahkota, hidup dalam sukacita.
Iman kepada Allah menuntun Musa untuk menolak berbagai kesenangan yang berpotensi menjauhkan dirinya dari Allah. Iman itu pula yang menuntun Musa menempatkan dirinya pada posisi umat Allah yang sedang hidup dalam penderitaan berkepanjangan akibat perbudakan bangsa Mesir. Sukacita Musa justru terletak pada kesediaannya memihak kepada umat Allah yang tertindas.
Musa melihat dengan mata imannya bahwa meninggalkan kesenangan dosa yang sementara merupakan suatu kehormatan, meskipun hal itu berarti ia harus ikut menderita bersama saudara-saudaranya. Bagi Musa, menderita demi Allah dan umat-Nya adalah sukacita yang sejati.
Namun, ketika Musa membela saudara-saudaranya sebagai bukti kasih persaudaraan umat Allah, ia justru ditolak dengan kasar. Firaun pun memiliki alasan dan kesempatan untuk membencinya atas pengaduan dari saudara-saudara yang dikasihinya. Di bawah ancaman Firaun, Musa melarikan diri ke Midian dan tinggal di sana selama empat puluh tahun. Selama masa itu, Allah melakukan pekerjaan-pekerjaan penting dalam hidupnya, mempersiapkan Musa untuk sebuah tugas besar.
Di padang gurun Sinai, empat puluh tahun lamanya, Musa hidup jauh dari segala kesenangan dan kenyamanan. Kesenangan duniawi memang menawarkan kenikmatan, tetapi selalu memiliki titik akhir yang mengecewakan. Sementara penderitaan yang dijalani demi menjauhkan diri dari dosa justru melahirkan sukacita sejati—sukacita yang tidak berakhir, melainkan mengalir sebagai sukacita abadi. MT
Tinggalkan persekutuan dengan dunia, dan bangunlah persekutuan yang sejati dengan Allah.








