Senin 17 November 2025
HIDUP BERGANTUNG KEPADA ALLAH
Bacaan Sabda : Kisah 17:22-34
“Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti juga kata pujangga-pujanggamu: Karena kita ini dari keturunan Allah juga.” (Kisah Para Rasul 17:28)
Allah senang ketika kita menyembah-Nya dan hidup bergaul dengan-Nya. Namun, penyembahan kita tidak menambahkan apa pun kepada Allah. Sebaliknya, jika kita tidak menyembah-Nya dan tidak bergaul dengan-Nya, hal itu tidak mengurangi apa pun dari Allah. Dia tetap Allah — baik ketika kita menyembah-Nya maupun ketika kita tidak menyembah-Nya.
Jika Allah senang ketika kita menyembah dan bergaul dengan-Nya, itu bukan untuk kepentingan Allah, melainkan untuk kepentingan kita sendiri. Allah akan tetap melakukan apa yang dikehendaki-Nya, tidak peduli apakah manusia menyembah-Nya atau tidak, sebab Allah tidak perlu dirayu oleh penyembahan manusia. Dengan demikian, Allah tidak bergantung kepada manusia, tetapi manusialah yang sepenuhnya bergantung kepada Allah. Jika manusia menolak Allah, Dia tetap Allah.
Suatu ketika, ada seorang pemuda cerdas dan beriman yang melanjutkan studinya ke sebuah perguruan tinggi ternama yang sangat liberal. Pada pertemuan pertama di kelas, dosennya berkata: “Gagasan tentang Allah adalah ide kuno yang sudah tidak dibutuhkan lagi.” Pemuda itu sangat terkejut mendengar pernyataan tersebut.
Setelah kuliah, ia berdiskusi dengan rekan-rekan sesama mahasiswa baru, dan hampir semua menyetujui perkataan dosen itu. Bahkan salah seorang dari mereka berani berkata: “Kalau pun Allah itu ada, akulah orangnya.” Pemuda beriman itu segera menghubungi ayahnya, yang adalah seorang pendeta, dan berkata: “Ayah, aku seperti kuliah di neraka.” Dengan tenang sang ayah menjawab: “Sabar, Nak. Teruslah tekun belajar, sebab sekalipun engkau berada di neraka, Allah tetap menyertaimu.”
Beberapa waktu kemudian, sang ayah mengadakan waktu kebersamaan khusus dengan anaknya. Ia berkata: “Nak, sekalipun ada orang yang mengatakan bahwa gagasan tentang Allah sudah tidak relevan dengan kemajuan zaman, bahkan semakin banyak orang yang memproklamasikan diri sebagai Allah, ketahuilah — hal itu tidak mengubah Allah sedikit pun. Sebab Allah tetap Allah, dari dahulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya.”
Ketika seseorang memper-Allah-kan dirinya sendiri, pada saat yang sama ia sebenarnya tidak mengenal dirinya sendiri. Sebab, tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh mengetahui siapa dirinya, dari mana asalnya, ke mana tujuannya, dan mengapa ia ada — lepas dari Allah. Semua kehidupan harus dijalani dalam hubungan dengan Allah, karena hidup yang sejati adalah hidup yang bergantung kepada-Nya. MT
Allah tetap Allah walau tak disembah, tetapi penyembah-Nyalah yang semakin benar.





