Senin 10 November 2025
BERANI BERKATA BENAR
Bacaan Sabda : Daniel 3:13-30
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:17-18)
Orang yang mengenal Allah memiliki kemampuan untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap berbagai situasi kehidupan. Ia mampu bertindak dengan bijak dan tahu berbuat baik dengan cara yang benar.
Dunia ini sedang diguncang oleh banyaknya ide dan pandangan yang saling bertentangan. Namun, orang yang sungguh mengenal Allah tetap berdiri teguh, percaya diri, dan tidak tergoncangkan.
Tiga sahabat Daniel Sadrakh, Mesakh, dan Abednego—adalah pria Ibrani yang hidup dalam pengenalan akan Allah. Ketika mereka dihadapkan pada kekuasaan politik yang keras dan absolut, mereka tetap tegar memperkatakan kebenaran.
Mereka tidak berusaha membuat kebenaran itu terdengar menarik bagi Raja Nebukadnezar. Mereka tidak mencoba menyesuaikan kebenaran agar tampak masuk akal atau agar tidak bertentangan dengan keputusan sang raja. Memperkatakan kebenaran berarti menyampaikan apa yang dikatakan Allah, bukan gagasan diri sendiri. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dengan tegas berkata: “Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami” (ayat 17).
Namun mereka juga menegaskan pendirian mereka: “Tetapi seandainya tidak, kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (ayat 18).
Mereka benar-benar mengenal Allah dengan mengakui kedaulatan-Nya. Allah berkuasa untuk menolong, tetapi juga berkuasa untuk tidak menolong—dan dalam keduanya, Ia tetap Allah yang layak disembah.
Sama seperti Sadrakh dan kedua sahabatnya, kita pun membutuhkan seseorang yang mau dan mampu mengatakan kebenaran kepada kita, agar kita selalu siap untuk berkata benar dalam segala situasi.
Allah sendiri telah menyatakan kebenaran kepada kita agar kita juga berkata benar kepada sesama. Allah berkata jujur mengenai keadaan kita: “Kamu dahulu mati karena pelanggaran-pelanggaranmu dan karena dosa-dosamu, dan kamu hidup menurut daging, menurut hawa nafsu zaman ini.”
Tuhan berkata benar tentang kita, walaupun kebenaran itu terasa tidak menyenangkan. Ia berkata benar seperti seorang dokter yang baik—yang dengan jujur menjelaskan penyakit pasiennya agar dapat menemukan cara penyembuhan yang tepat.
Orang yang mengenal Allah akan selalu berusaha berkata benar, meskipun dunia di sekelilingnya sering kali tidak menyukai kebenaran. MT
Beranilah memperkatakan kebenaran.





