Jumat 07 November 2025
PERGUMULAN MANUSIA ALLAH
Bacaan Sabda : 1 Timotius 6:11-21
“Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.” (1 Timotius 6:12)
Sangat beralasan jika orang Kristen di Indonesia merasa gelisah melihat ulah kelompok agama tertentu yang secara frontal menutup gereja-gereja yang telah berdiri dan melayani bertahun-tahun. Namun, daripada terus gelisah—apalagi marah—lebih baik kita belajar dari Timotius, yang oleh Rasul Paulus disebut sebagai “manusia Allah.”
Timotius juga menghadapi pergumulan yang sangat besar. Gereja yang dilayaninya—sebuah gereja muda dan kecil—dipenuhi oleh jemaat yang sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke bawah. Gereja kecil, muda, dan lemah ini dihadapkan pada dua kekuatan besar :
- Kekuatan pertama adalah kekuatan politik di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi, yang secara terang-terangan menganiaya para pengikut Kristus.
- Kekuatan kedua adalah kekuatan agama Yahudi, yang dengan tegas menolak iman Kristen dan menentang pengakuan akan keilahian Yesus Kristus. Di tengah situasi seperti itu, Timotius yang masih sangat muda ditugaskan untuk menguatkan dan menghibur jemaatnya agar tetap maju—bukan hanya untuk mampu bertahan dalam kesulitan, tetapi juga untuk terus bertumbuh dalam iman. Karena itu, Paulus terlebih dahulu mengingatkan Timotius akan siapa dirinya yang sesungguhnya.
Timotius (dan kita juga) adalah “manusia Allah.” Status ini bukan hasil usaha manusia, melainkan pemberian Allah yang luar biasa. Dari sudut pandang dunia, kita mungkin tampak lemah, kecil, dan tidak dapat diandalkan. Kita bisa saja dianggap sebagai masyarakat kelas tiga. Namun, dari sudut pandang Allah, kita adalah “manusia Allah.” Timotius dan kita memang lemah, tetapi sumber kekuatan kita berasal dari Allah. Jika kita hanya mengandalkan diri sendiri atau kecerdikan kita dalam menyusun siasat, kita akan cepat kehabisan tenaga dan harapan. Sebab kekuatan yang mengancam dari luar sangat besar dan dahsyat.
Karena itu, baiklah kita mengingat Firman Tuhan dalam 2 Tawarikh 16:9: “Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” Dilihat dari jumlah, kita mungkin kecil. Secara kuantitas, kita mungkin rendah. Namun, sebagai “manusia Allah,” kita dipanggil untuk membangun kualitas iman dan keteguhan hati (ayat 11–12).
Jangan menjadi lemah, cengeng, atau mudah putus asa. Kita harus memiliki semangat berjuang dan semangat bertanding. Sebab, masa depan Gereja Tuhan tidak bergantung pada kebaikan manusia mana pun, melainkan hanya bergantung pada Allah dan kesetiaan perjuangan kita di dalam-Nya. MT
Pergumulan yang benar menghasikan kesetiaan.





