Kamis 06 November 2025
MENUNGGU WAKTU TUHAN
Bacaan Sabda : Yohanes 11:1-37
“Kata Yesus kepadanya: Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yohanes 11:25)
Pada suatu waktu, penulis bertemu dengan seorang sahabat lama di sebuah pusat perbelanjaan. Dari wajah dan tatapan matanya, tampak jelas bahwa ia sedang menghadapi kesulitan. Dengan hati-hati, penulis menanyakan masalahnya setelah beberapa saat berbasa-basi—bertukar kabar dan cerita ringan. Dari seluruh keterangannya dapat disimpulkan bahwa ia sedang berusaha merencanakan pengembangan pelayanannya agar segera terwujud, namun merasa Tuhan seolah-olah tidak cepat tanggap.
Ia tergesa-gesa, sementara Tuhan tampak lembut dan santai. Masalah sahabat penulis ini adalah tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Tuhan sedang mendisiplinnya melalui penundaan waktu. Seakan-akan Tuhan ingin berkata, “Sabar, anak-Ku. Jangan tergesa-gesa. Santai sedikit—waktu-Ku belum tiba.”
Kita pun sering kali bersikap serupa. Kita tidak sabar, bahkan mendesak Tuhan bertindak cepat, karena pengetahuan kita tentang fakta atau hal-hal yang akan terjadi sangat sempit, terbatas, dan tidak akurat. Sementara itu, Allah tenang dan sabar karena pengetahuan-Nya tentang segala sesuatu sempurna dan lengkap. Ia mengetahui serta menguasai semua situasi dengan sempurna.
Sering kali kita menjadi bingung karena tidak memahami mengapa Allah tampak lamban dalam bertindak. Padahal, Allah tidak pernah tergesa-gesa. Bila Ia menunda, itu bukan karena Ia ingin mempermainkan kita, melainkan karena penundaan itu terencana dengan sempurna. Allah sering mendisiplinkan kita dengan mengizinkan penundaan-penundaan agar kita belajar sabar menantikan waktu-Nya.
Rumah keluarga Lazarus sering dijadikan Yesus sebagai tempat singgah dalam pelayanan-Nya. Ketika Yesus mendengar bahwa Lazarus sakit, Ia tidak segera bergegas untuk menyembuhkannya, seperti yang biasa Ia lakukan terhadap orang-orang sakit lainnya. Bahkan, ketika memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Lazarus telah mati, Yesus berkata, “Tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu.”
Tuhan Yesus tidak tergesa-gesa, karena Ia sedang melatih iman sahabat-sahabat dan murid-murid-Nya.
Kita telah mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Melalui penundaan itu, Yesus menyatakan kemuliaan Allah dengan cara yang lebih besar. Demikian pula, Tuhan mendisiplinkan kita melalui penundaan—untuk membentuk, memimpin, dan mendewasakan kita menuju persekutuan yang semakin akrab dengan diri-Nya sendiri. MT
Waktu itu berharga, tetapi waktu Tuhan jauh lebih berharga.





