Jumat 31 Oktober 2025
AKU LAYAK MENERIMA DAN MENANGGUNGNYA
Bacaan Sabda : Kejadian 4:1-16
“Jika engkau berbuat baik, bukankah engkau diterima? Tetapi jika engkau berbuat jahat, dosa itu mengintai di depan pintumu; keinginanmu itu hendak menguasaimu, tetapi engkau harus menguasainya.” (Kejadian 4:7)
Dalam Alkitab ada dua orang yang melakukan kesalahan besar dan sama-sama menerima hukuman. Namun, keduanya berbeda dalam cara merespons hukuman tersebut.
Orang pertama adalah Kain, yang membunuh adiknya, Habel. Ketika Allah menegur, Kain tidak mengakui kesalahannya. Allah lalu menghukumnya dengan berkata bahwa Kain akan hidup sebagai pelarian dan pengembara di bumi. Allah mengutuk Kain dan berhenti memberkati usaha tangannya dalam mencari nafkah. Tetapi Kain tidak menerima hukuman itu. Ia tidak merendahkan diri, tidak menyesal, dan tidak bertobat. Sebaliknya, ia berusaha hidup tanpa pertolongan Allah.
Kain dan keturunannya kemudian menjadi perintis peradaban yang terasing dari Allah. Mungkin gerakan humanistik modern dapat ditarik dari sikap Kain: berusaha mengatasi kutukan Allah, menemukan kesenangan dan keberhasilan tanpa tunduk kepada-Nya, bahkan berusaha menyelamatkan diri dengan pemberontakan terhadap Allah.
Ketika Allah menghukum Kain karena membunuh Habel, ia berkata, “Hukumanku itu lebih besar daripada yang dapat kutanggung.” Inilah sikap yang membuatnya tidak mau bertobat. Ia tidak merasa bersalah atau menyesal telah membunuh adiknya yang tidak berdosa. Responnya terhadap teguran Allah berkembang menjadi sikap hati yang terus menolak pertobatan: “Aku dihukum tidak adil, hukumannya terlalu berat, aku tertipu, dan sebagainya.”
Sikap Kain ini berbeda dengan penjahat yang disalib di samping Tuhan Yesus. Ia menegur penjahat lain yang mengejek Yesus dengan berkata, “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi orang ini (Yesus) tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Inilah bukti pertobatan sejati: kesediaan menerima hukuman akibat kesalahan sendiri. Orang yang mau bertobat berkata, “Aku layak menerima dan menanggung semua risiko akibat dosaku.” Sebaliknya, orang yang tidak mau bertobat hanya mengeluhkan hukuman dan memprotes ketidakadilan.
Pertobatan sejati adalah kejujuran untuk mengakui dosa dan kerelaan menanggung akibat yang ditimbulkannya.
Karena itu, kita perlu mengingat bahwa orang yang tidak mau bertobat tidak akan menerima petunjuk apa pun dari Allah. Sebab Allah hanya memberikan bimbingan kepada anak-anak-Nya yang dengan rendah hati rela hidup dalam pertobatan yang terus-menerus. MT
Pertobatan sejati ditandai kerendahan hati mengakui dosa, rela menerima hukuman, menanggung konsekuensi, dan hidup setia dalam bimbingan Allah.








