Selasa 28 Oktober 2025
MERASAKAN HADIRAT ALLAH TETAPI TIDAK MELAKUKAN
Bacaan Sabda : Keluaran 33:12-33
“Sekarang jikalau aku berkenan kepada-Mu, tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, supaya aku mengenal Engkau dan berkenan kepada-Mu” (Keluaran 33:13)
Ada satu hal penting yang perlu dibenahi dalam gereja Tuhan di akhir zaman ini, yaitu cara yang salah dalam menilai kesuksesan. Sukses gereja lokal terlanjur diukur dengan popularitas, kharisma, spesialisasi, dan banyaknya jumlah anggota. Lebih jauh lagi, kesuksesan sering diukur dari kemampuan mendemonstrasikan karunia-karunia rohani dan memiliki urapan Allah.
Padahal, kesuksesan gereja lokal seharusnya diukur melalui satu hal: Apakah gereja, atau apakah kita, sudah melakukan dan menyelesaikan kehendak Allah bagi hidup kita atau belum? Sebab penemuan terbesar adalah mengetahui kehendak Allah, dan kesuksesan terbesar adalah melakukan kehendak Allah. Jika kita telah melakukan kehendak Allah, maka hasil kerja kita akan menetap, tidak terbakar oleh api.
Kehendak Allah bagi Yesus adalah mati tersalib. Sungguh, sangat tidak populer. Bahkan kelihatannya seperti kegagalan total, padahal justru itulah kesuksesan terbesar: mengalahkan kuasa dosa dan iblis.
Dalam pengembaraan Israel, Allah memberi mujizat, kesembuhan, kelepasan, perlindungan, dan kecukupan. Tetapi berkat-berkat ini tidak membuktikan bahwa Allah berkenan kepada mereka. Bahkan selama perjalanan bangsa Israel, mereka melangkah dalam naungan hadirat Allah. Namun, merasakan dan mengalami hadirat Allah pun bukanlah tanda bahwa Allah berkenan kepada Israel. Hadirat Allah adalah anugerah, bukan karena bangsa Israel melakukan kehendak Allah.
Ketika Tuhan Yesus tergantung di kayu salib untuk melakukan kehendak Bapa, justru Ia tidak merasakan hadirat Allah. Sebaliknya, Yesus berteriak: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Banyak jemaat beranggapan bahwa mereka telah melakukan kehendak Allah hanya karena merasakan hadirat-Nya, mengalami urapan, atau memperoleh berbagai pengalaman rohani lainnya. Padahal, semua pengalaman rohani sebagai bukti penyertaan Allah adalah karunia-Nya, sebab Allah murah hati dan panjang sabar terhadap kita dan seluruh gereja-Nya.
Benar, semua hamba Tuhan harus terus berdoa agar dalam berkhotbah memiliki urapan sejati untuk menyampaikan pesan kebenaran, sehingga pendengar mau melakukan kehendak Allah.
Karena itu, berhentilah mengukur kesuksesan dengan standar-standar kuantitas, bangunan, publisitas, atau uang. Bahkan sukses tidak selalu diukur dengan merasakan hadirat Allah. Sebab sukses sejati dicapai ketika kita melakukan kehendak Allah—dan barulah setelah itu hasil kerja kita tetap. MT
Sukses sejati bukan popularitas, melainkan ketaatan melakukan kehendak Allah.




