Jumat 24 Oktober 2025
DIPERCAYAKAN UNTUK MEMPERCAYAKAN
Bacaan Sabda : 2 Timotius 2:1-13
”Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” (2 Timotius 2:13)
Timotius adalah seorang anak muda yang mendapat kepercayaan penuh dari Rasul Paulus untuk memimpin jemaat di Efesus. Sebagai pemimpin jemaat, Timotius yang masih muda selalu berkonsultasi dengan Paulus, mentornya, setiap kali harus membuat kebijakan bagi pertumbuhan jemaat yang digembalakannya. Namun, Rasul Paulus menyadari bahwa dirinya tidak selalu bisa hadir bagi anak rohaninya itu. Hanya Tuhanlah yang abadi dan selalu ada bagi hamba-hamba-Nya.
Rasul Paulus yang telah mempercayakan tugas kerasulan kepada Timotius mulai menganjurkan agar Timotius juga mempercayakan tugas itu kepada orang lain. Dengan demikian, tongkat estafet pemberitaan Injil terus berjalan dari generasi ke generasi. Tuhan Yesus menyerahkan tongkat estafet penginjilan kepada Rasul Paulus, Rasul Paulus menyerahkannya kepada Timotius, dan demikian seterusnya hingga kini.
Sekarang, gereja dipercayakan untuk memegang tongkat estafet penginjilan itu agar dapat meneruskannya kepada generasi berikutnya. Oleh sebab itu, gereja harus bertanggung jawab membina orang percaya dalam iman dan pengenalan akan Kristus. Namun, tanggung jawab ini tidak sepenuhnya diserahkan kepada gereja saja. Setiap keluarga Kristen juga harus terlibat dalam pembinaan iman, dari orang tua kepada anak-anaknya.
Firman Tuhan berkata: “Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu, dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:6-7)
Salah satu wujud kasih orang tua kepada anak-anak adalah kepedulian terhadap pertumbuhan rohani mereka. Ternyata, pusat pembinaan rohani yang sejati adalah keluarga. Karena itu, orang tua harus tekun menuntun anak-anak untuk mengenal Tuhan, terutama melalui keteladanan hidup. Memberi teladan berarti juga siap berkorban dan taat aturan, seperti seorang atlet yang bertekad meraih mahkota kemenangan. Memberi teladan juga menuntut kerja keras dan ketekunan, seperti seorang petani yang setia menantikan hasil pertaniannya.
Baik dalam kehidupan bergereja maupun dalam keluarga, mempersiapkan generasi penerus tongkat estafet penginjilan harus dilakukan dengan tekun dan setia. Sebab, gereja dan keluarga sama-sama dipercayakan untuk meneruskan tongkat estafet itu dari generasi ke generasi, sampai Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kalinya. MT
Tongkat estafet Injil harus diteruskan gereja dan keluarga dengan tekun, setia, serta teladan hidup.




