Rabu 22 Oktober 2025
MENGEMBAN TUGAS YANG DIPERCAYAKAN
Bacaan Sabda : 2 Timotius 1:3-13
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2 Timotius 1:7)
Surat Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius, merupakan surat terakhir yang ditulis Paulus. Pada saat itu, kaisar Nero sedang berusaha menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dan di seluruh wilayah kekuasaannya. Usaha-usaha yang dilakukan Nero sangatlah kejam dan tidak manusiawi. Ia menjadikan orang percaya tontonan dengan melempar mereka ke arena untuk dimangsa binatang buas, bahkan menjadikan mereka obor hidup-hidup untuk menerangi pesta gilanya.
Ketika menulis surat ini, Rasul Paulus hidup dalam kekurangan dan telah ditinggalkan oleh sebagian besar sahabatnya. Ia sadar bahwa pelayanannya segera berakhir karena kematiannya sudah dekat. Dalam menghadapi kemungkinan dihukum mati untuk kedua kalinya, Paulus meminta Timotius menemaninya ke Roma. Namun, saat surat ini ditulis, Timotius masih berada di Efesus.
Dalam suratnya, Paulus menasihati Timotius agar memelihara kemurnian Injil, memberitakan firman Allah, siap menderita aniaya, menanggung berbagai kesukaran, dan tetap setia melaksanakan tugas pemberitaan Injil. Paulus menegaskan: “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu, karena aku tahu kepada siapa aku percaya, dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar daripadaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” (ayat 12–13)
Rasul Paulus memberikan pegangan berupa ajaran yang sehat kepada Timotius, yaitu dogma yang kuat sebagai dasar dalam setiap pemberitaan, pengajaran, dan pelayanan. “Ajaran sehat” yang dimaksud adalah penyataan asli dan mendasar dari Kristus serta para rasul, yang diajarkan Paulus kepada Timotius.
Sayangnya, dalam beberapa gereja belakangan ini, ada pendeta yang meremehkan bahkan menolak dogma. Mereka menganggap dogma sebagai sesuatu yang kaku, mematikan, dan menghambat pertumbuhan gereja. Sebagai gantinya, mereka memberi penekanan yang berlebihan pada pengalaman. Hal ini sudah diperingatkan Paulus dengan tegas dalam surat-surat penggembalaannya: “Karena akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran, dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3–4)
Tugas yang dipercayakan Paulus kepada Timotius—dan juga kepada semua pelayan Tuhan sepanjang sejarah—adalah “memelihara ajaran Alkitab” serta menjaga hidup agar selalu sesuai dengan perintah firman Tuhan. MT
Setialah memelihara ajaran sehat, memberitakan Injil, dan menanggung penderitaan demi Kristus dengan iman teguh.




