Senin 20 Oktober 2025
SEBILAH PEDANG PEMISAH
Bacaan Sabda : Matius 10:34-39
“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:37)
Tuhan Yesus adalah “Raja Damai.” Namun, mengapa Dia datang bukan untuk membawa damai di atas bumi, melainkan pedang? Tuhan Yesus memang menebarkan kebenaran di tengah dunia yang jahat. Tetapi bukankah kebenaran seharusnya ditebarkan dengan penuh kasih? Tuhan Yesus datang seharusnya untuk mempersatukan yang tercerai-berai. Lalu, mengapa Dia justru datang untuk memisahkan keluarga yang sudah bersatu?
Memang sulit memahami firman Tuhan yang menjadi renungan kita hari ini. Namun, firman Tuhan adalah kebenaran mutlak. Artinya, kita harus tetap berusaha memahaminya dengan sungguh-sungguh dan menggali kebenaran dari dalam firman itu sendiri. Jangan sampai karena kesulitan, kita justru memasukkan kebenaran menurut pikiran kita ke dalam firman Tuhan.
Sesungguhnya, Tuhan Yesus ingin menjelaskan bahwa ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi saat kedatangan-Nya dan ketika Injil diberitakan. Kemungkinan ini diberitakan agar para pengikut-Nya dapat memahami dan menyikapinya dengan benar. Pemberitaan Injil akan menghasilkan iman kepada Kristus, dan iman kepada Kristus akan memisahkan orang percaya dari orang berdosa serta dari dunia.
Ketika satu keluarga mendengar Injil, bisa saja sebagian percaya, tetapi sebagian lagi menolak. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan. Kita pun terkadang harus menentukan sikap: “mengasihi Yesus atau keluarga.” Yesus berkata: “Barangsiapa mengasihi bapak atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (ayat 37).
Berat sekali untuk layak bagi Yesus, sebab keluarga seakan menjadi taruhannya, padahal sering kita berkata, “keluarga adalah surgaku.” Namun, jangan salah paham. Jika kita mengasihi Tuhan Yesus lebih dari segalanya, maka kasih kita kepada keluarga justru akan semakin berkualitas. Selanjutnya, iman kepada Kristus dan kebenaran-Nya akan mendatangkan perlawanan. Sebab, hidup dengan standar kebenaran Kristus akan membuat kita diejek, dicemooh, bahkan dipisahkan dari orang-orang terdekat. Mempertahankan iman memang berpotensi menimbulkan perpecahan.
Karena itu, ajaran Kristus tentang damai dan persatuan selalu harus dipahami bersama kebenaran firman-Nya. “Dia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Artinya, hidup dalam kebenaran Kristus berarti siap dipisahkan, diejek, ditolak, bahkan dianiaya. MT
Mengasihi Kristus di atas segalanya berarti siap ditolak dunia, namun kasih sejati kepada keluarga semakin murni.




