Senin 06 Oktober 2025
NABI BESAR YANG DITENTUKAN TUHAN
Bacaan Sabda : Yunus 1:1-16
“Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.” (Yunus 1:9)
Para teolog liberal memandang Kitab Yunus sebagai kitab khayal yang ditulis untuk menentang Yudaisme pasca pembuangan. Mereka berpendapat bahwa kisah dalam Kitab Yunus bukanlah peristiwa faktual. Namun kenyataannya, Nabi Yunus adalah seorang nabi yang diakui (2 Raja-Raja 14:25). Bahkan Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa sejarah kehidupan Yunus adalah fakta nyata yang menubuatkan tiga hari Yesus berada di dalam kubur (Matius 12:39). Dengan demikian, jelas bahwa Yesus meneguhkan Kitab Yunus sebagai kisah nyata pelayanan Nabi Yunus.
Alasan Yunus menolak pergi ke Niniwe sesungguhnya sangat beralasan secara manusiawi. Niniwe adalah ibu kota Asyur, sebuah kota yang amat fasik, kejam, dan penuh kekejian. Selain itu, bangsa Asyur adalah bangsa penyembah berhala yang sangat membenci umat Israel sebagai penyembah Allah Pencipta yang Maha Esa.
Jika kita melihat kisah pertobatan penduduk Niniwe dan respon Yunus terhadap pertobatan itu, maka tampak jelas bahwa ketakutan Yunus bukanlah karena ancaman terhadap keselamatannya. Sebaliknya, ia melarikan diri dari panggilan Allah karena tidak rela melihat orang Niniwe bertobat dan lolos dari hukuman Allah. Allah mengasihi orang Niniwe, tetapi Yunus tidak. Yunus tidak ingin mengasihi bangsa lain selain bangsanya sendiri. Ia melupakan tujuan Allah memilih Israel, yaitu agar menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Pelarian Yunus menuju Tarsis—sebuah tempat yang jauh dan berlawanan arah dari Niniwe—menunjukkan sikapnya yang ingin menjauh sejauh mungkin dari tanggung jawab. Sikap ini membuktikan betapa Yunus tidak setuju jika penduduk Niniwe terbebas dari hukuman. Baginya, Niniwe memang layak dihukum. Namun firman Tuhan berkata: “Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.” (Yunus 1:4)
Badai besar itu bukanlah sekadar fenomena alam, melainkan ketetapan Allah untuk menggagalkan rencana Yunus. Allah mengirim badai agar Yunus kembali menaati panggilan-Nya untuk menyampaikan amanat penting ke Niniwe. Dalam peristiwa selanjutnya, Yunus harus dilemparkan ke laut. Kesediaannya mati di tengah laut demi keselamatan para pelaut menunjukkan bahwa ia menyadari kesalahannya menolak perintah Allah.
Pelajaran penting bagi kita: jangan pernah melawan ketetapan Allah yang baik. Kita tidak perlu menunggu Allah mendatangkan kesulitan atau bencana agar kita taat. Sebaliknya, mari dengan sukarela menaati kehendak Allah, sebab rencana-Nya adalah menyelamatkan banyak orang. MT
Ketaatan pada Allah membawa keselamatan, melawan-Nya hanya mendatangkan kesia-siaan.