Minggu 14 September 2025
JANGAN BERHENTI TERUSLAH MEMPERLENGKAPI
Bacaan Sabda : Yakobus 2:14-26
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Yakobus 2:14-26)
Dalam pembacaan Alkitab hari ini, Yakobus kembali memaparkan satu ciri kedewasaan Kristen, yaitu: “menguasai lidah.” Seorang pemimpin rohani pernah menceritakan tentang seorang anggota persekutuannya yang gemar membicarakan orang lain. Sepanjang hari ia bisa “berada di pesawat telepon” mengabarkan berita hangat kepada siapa saja yang mau mendengarnya. Tidak sedikit orang yang menjadi korban gosipnya. Beberapa bahkan tidak tahan dan akhirnya pindah ke persekutuan lain.
Suatu hari, orang tersebut datang kepada pemimpin rohaninya dan berkata: “Bapak pemimpin, Tuhan telah menyadarkan saya tentang dosa gosip. Lidah saya yang kecil ini telah menyusahkan banyak orang, juga diri saya sendiri.” Namun, sang pemimpin rohani mengetahui bahwa pengakuannya tidak sungguh-sungguh, sebab sebelumnya ia pernah melakukan hal yang sama. Dengan hati-hati pemimpin rohani itu bertanya: “Baiklah, apa rencanamu selanjutnya?” Dengan sikap seolah-olah saleh ia menjawab: “Saya ingin meletakkan lidah saya di atas altar.” Tetapi pemimpin rohani itu, yang sudah sering menyaksikan sandiwara seperti itu, berkata: “Lidah saudara tidak akan muat di altar.” Lalu ia meninggalkannya untuk merenungkan jawaban tersebut. Penerima surat Yakobus tampaknya juga menghadapi masalah serius dengan lidah.
Karena itu ada nasihat penting: “Cepatlah mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan lambat untuk marah.” Sebab orang percaya yang tidak dapat menguasai lidahnya, sia-sialah ibadahnya. Padahal, kuasa untuk berbicara adalah salah satu kuasa terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Dengan lidah kita bisa memuji Allah, berdoa, memberitakan Firman Tuhan, dan menuntun orang tersesat datang kepada Kristus.
Yakobus menggambarkan kuasa berkata-kata dengan beberapa perumpamaan: Kuasa untuk mengendalikan – seperti kekang pada kuda atau kemudi pada kapal. Kuasa untuk menghancurkan – seperti api atau bisa binatang berbisa. Kuasa untuk menyegarkan – seperti mata air atau pohon yang berbuah. Yang memiliki kuasa untuk mengendalikan banyak, tetapi Paulus mengingatkan: “Jangan banyak di antara kamu menjadi guru.” Kuasa untuk menghancurkan pun sangat besar, tetapi kita harus berusaha agar jangan sampai terjadi. Kuasa untuk menyegarkan memang sedikit, tetapi kita harus berjuang supaya semakin banyak.
Nabi Yesaya bersaksi: “Tuhan Allah telah memberiku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4). Karena itu, berhati-hatilah dengan si kecil yang bisa menjadi sumber kesulitan besar. Kuasa lidah harus dikendalikan! Hati-hati dalam berbicara!. Namun, lidah kita bisa menjadi sumber berkat dan sukacita bila setiap hari kita berjumpa dengan Tuhan. Dengan demikian, lidah kita hanya akan memancarkan satu mata air: mata air kehidupan dari Tuhan sendiri. MT
Jika saudara masih banyak kekurangan teruslah memperlengkapi diri.