Kamis 11 September 2025
STOP !! MENIPU DIRI SENDIRI
Bacaan Sabda : Yakobus 1:19-27
“Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” (Yak. 1:27)
Boleh dikatakan bahwa tipu-menipu adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Ada orang yang ditipu oleh orang lain, ada pula yang menipu orang lain. Dan Alkitab menegaskan bahwa iblis adalah bapa pendusta sekaligus sumber segala bentuk penipuan (Yohanes 8:44). Ada orang yang berdosa karena ditipu orang lain — itu adalah masalah. Ada juga yang berdosa karena ditipu oleh iblis — itu masih bisa dikatakan masalah biasa. Tetapi, jika seseorang menipu diri sendiri, itulah masalah yang jauh lebih buruk dan serius. Karena itu, “Berhentilah menipu diri sendiri!”
Dalam Matius 7:21-23 diceritakan contoh orang yang menipu diri sendiri. Mereka merasa sudah selamat, padahal tidak. Mereka bernubuat, mengusir setan, dan melakukan mujizat dalam nama Yesus, tetapi Yesus tidak mengenal mereka. Bahkan pada hari terakhir Yesus akan berterus terang berkata:“Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Mereka menipu diri sendiri dengan cara memakai nama Yesus demi keuntungan dan ketenaran pribadi, tanpa sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Yang lebih memprihatinkan lagi, ada orang-orang percaya sejati yang tetap hidup dalam penipuan terhadap diri mereka sendiri melalui gaya hidup Kristennya. Mereka mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bahkan berstatus sebagai Kristen atau pengikut Kristus, tetapi tidak hidup sesuai dengan iman Kristen. Mereka menganggap dirinya sudah cukup rohani, padahal gaya hidupnya masih sangat duniawi.
Menipu diri sendiri adalah bukti kuat bahwa seseorang belum dewasa secara rohani. Salah satu tanda kedewasaan adalah berani menghadapi dan menampilkan diri sendiri dengan jujur. Orang yang belum dewasa cenderung berpura-pura baik dan benar, sedangkan orang yang dewasa mengenal dirinya, berani mengakui kelemahan, dan dengan rendah hati menyatakan kebutuhannya akan kasih dan pimpinan Tuhan Yesus.
Kedewasaan rohani hanya dapat dihasilkan melalui hubungan yang benar, jujur, dan nyata dengan Allah lewat Firman-Nya. Sebab Firman Allah adalah kebenaran (Yohanes 17:17). Bukan hanya sekadar Firman yang didengar atau dibaca, tetapi Firman yang direnungkan hingga dipahami, lalu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, serta dibagikan kepada orang lain. Apabila kita hidup melakukan Firman Allah dan terus berpegang kepada kebenaran, kita tidak mungkin lagi berbuat curang, tidak mungkin lagi berpura-pura. Sebaliknya, kita pasti akan “Berhenti menipu diri sendiri.” MT
Kelulusan berhubungan dengan Allah dan sesama adalah nilai luhur dan ketulusan kepada diri sendiri adalah nilai yang indah.





