Selasa 15 Juli 2025
DOA YANG SEJALAN DENGAN TINDAKAN
Bacaan Sabda : 1 Samuel 1:1-18
“Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah Tuhan, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.” (1 Samuel 1:7)
Thomas Fuller pernah berkata: “Doa harus menjadi kunci untuk membuka pagi, dan gembok untuk menutup malam”. Sementara Rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 5:17 menasihati, “Tetaplah berdoa”. Artinya, kita tidak boleh berhenti atau mogok berdoa. Namun, doa saja tidak cukup—harus ada tindakan nyata. Doa dan tindakan harus selaras. Kita perlu belajar dari Hana, seorang wanita yang menjadi contoh teladan dalam hal ini.
Hana tetap berdoa di saat orang lain sudah tidak mampu lagi berdoa. Edith Deen bahkan menyebutnya sebagai “Ibu yang penuh dengan doa”. Padahal, saat itu kondisi moral Israel sangat buruk. Semua orang hanya mengejar materi dan kenikmatan hidup, dan umat sudah tidak lagi peduli pada doa. Orang yang menghabiskan satu jam berdoa justru diejek dan dianggap aneh. Bahkan Imam Eli pun mengira Hana sedang mabuk saat melihatnya berdoa dengan sungguh-sungguh.
Suasana rumah tangga Hana pun tidak mendukungnya untuk berdoa. Meskipun ia dicintai suaminya, tetap saja rasa sakit karena dimadu tidak bisa diabaikan. Lebih dari itu, madunya – Penina – menggunakan “senjata ampuh” untuk menghina Hana karena ia tidak memiliki anak, sementara Penina memiliki.
1 Samuel 1:7 mencatat: “Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun”. Dari tahun ke tahun Hana dihina dan menderita, tetapi ia tetap pergi ke rumah Tuhan dan berdoa. Ia tetap berdoa ketika yang lain sudah berhenti. Dalam doanya: Hana meminta, tetapi tidak menuntut. Ia menyampaikan kehendaknya, tetapi tidak memaksakan keinginannya. Ia bernazar, tetapi tidak berusaha menyuap Tuhan.
Dalam 1 Samuel 1:15, Hana menjelaskan inti doanya: “Aku mencurahkan hatiku di hadapan Tuhan.” Satu pelajaran penting dari Hana: Ia mendoakan tindakannya, dan bertindak sesuai dengan doanya. Ketika doanya dijawab, ia menepati nazarnya dan mempersembahkan Samuel kepada Tuhan.
Dalam pasal 2, Hana tetap berdoa, namun kali ini dalam bentuk nyanyian pujian dan mazmur. Ia berdoa saat susah, dan tetap berdoa saat senang. Ia tidak putus asa dalam penderitaan, dan tidak lupa diri dalam keberhasilan. Dalam doanya, Hana berjanji kepada Tuhan, dan melalui tindakannya, ia menepati janjinya. Ia tidak hanya berani meminta, tetapi juga berani memberi.
Semoga kita pun belajar dari Hana untuk: Berdoa dengan tulus, meski dalam tekanan. Tetap setia, bahkan ketika lingkungan tidak mendukung. Menyelaraskan doa dengan tindakan nyata. Berani memberi, bukan hanya meminta. MT
Karena doa yang sejati adalah curahan hati kepada Tuhan, dan hidup yang sejati adalah hidup yang bertindak sesuai dengan doa.