Jumat 11 Juli 2025
ANUGERAH YANG TIDAK MURAHAN
Bacaan Sabda : 1 Petrus 5:1-11
“Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak” (1 Petrus 5:1)
Adolf Hitler, dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter, pernah melontarkan pandangan sinis terhadap kehidupan iman Kristen dalam sebuah tema yang ia sebut “Anugerah yang murahan.” Ia menghina iman Kristiani dengan sangat kasar dan sembrono. Menanggapi hal ini, Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman, tampil membela iman Kristen dengan penuh keberanian, ketegasan, dan integritas. Ia mengecam keras pandangan Hitler tersebut. Akibat dari sikapnya yang tak gentar itu, Bonhoeffer akhirnya dihukum gantung oleh rezim Hitler.
Bagi Bonhoeffer, keselamatan bukanlah anugerah murahan. Meskipun keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, bukan berarti itu barang “gratisan” tanpa nilai. Anugerah murahan hanya akan melahirkan orang Kristen yang lemah, manja, dan cengeng—yang tidak mau berjuang dan hanya mencari jalan hidup yang mudah dan nyaman. Ingatlah: anugerah keselamatan itu sangat mahal. Allah membayarnya dengan darah dan nyawa Anak Tunggal-Nya sendiri.
Benar bahwa Allah memberikan keselamatan itu secara cuma-cuma kepada manusia, karena memang tidak ada satu pun manusia yang mampu membayarnya. Kita menerimanya dengan mudah—cukup dengan percaya, kita mendapatkannya. Namun perlu diingat, begitu kita menerima anugerah itu, konsekuensi dan tuntutannya tidaklah mudah. Hidup dalam kekristenan memiliki standar kualitas yang sangat tinggi. Karena itu, kita perlu menghitung, apakah kita siap membayar harga dan memikul risikonya. Sekali kita mengambil keputusan untuk mengikut Kristus, jangan menjadi Kristen hanya di permukaan—sekadar tampilan luar. Jadilah Kristen dalam tubuh, jiwa, dan roh, karena tuntutannya nyata dan harus dipenuhi.
Seperti tertulis dalam 1 Petrus 1:15-16: “Tetapi hendaklah kamu kudus dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”. Mungkin kita bertanya: “Mengapa Tuhan menetapkan standar yang begitu tinggi? Apakah Tuhan tidak mempertimbangkan keterbatasan manusia?” Sudah pasti Tuhan mempertimbangkan keterbatasan dan kesulitan manusia. Ia tahu posisi kita seperti domba di tengah serigala. Itu artinya, Tuhan sangat mengerti kelemahan kita, namun kelemahan itu tidak boleh menjadi alasan untuk mundur. Karena jika Tuhan mengutus, maka Tuhan juga memampukan dan menyertai.
Justru karena kita seperti domba, kita tahu bahwa kita tidak akan menang dengan kekuatan sendiri dalam menghadapi serigala. Maka satu-satunya cara agar keberadaan kita diperhitungkan adalah bukan dengan kekuatan, melainkan dengan kualitas hidup. MT
Memperoleh keselamatan adalah anugerah tetapi mengikut Yesus adalah pergumulan hidup.