Selasa 08 Juli 2025
KASIH YANG MENANGIS
Bacaan Sabda : Yehezkiel 37:1-28
“Lalu kekuasaan Tuhan meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang.” (Yehezkiel 37:1)
Mungkin saja saudara merasa kecewa melihat keadaan gereja saat ini. Itu bukanlah hal yang aneh, karena perasaan serupa juga dialami oleh Nabi Yehezkiel, yang merupakan bagian dari umat Tuhan yang dibuang ke Babel. Bahkan, perasaan kecewa itu bisa menjadi hal yang positif—tanda bahwa saudara masih peduli, masih memiliki harapan bahwa keadaan gereja akan diperbaiki dan mengalami pemulihan.
Memang, perbedaan antara harapan dan kenyataan sangat berpotensi menimbulkan kekecewaan. Namun jika rasa kecewa itu muncul karena saudara masih memiliki cita-cita dan impian dalam terang Firman Tuhan, maka kekecewaan itu bisa menjadi awal dari langkah-langkah nyata menuju perbaikan. Dalam perjalanan hidup, menghadapi kekecewaan adalah hal yang wajar. Yang penting adalah jangan terjebak dan meratapinya, agar tidak berujung pada keputusasaan yang membawa kepada kematian rohani.
Biasanya orang yang kecewa memiliki dua kemungkinan sikap:
- Pertama, menjadi putus asa, sinis, dan masa bodoh.
- Kedua, menjadi lebih waspada, belajar dari keadaan, mencari jalan keluar, dan mengambil langkah-langkah konstruktif.
Pilihlah sikap yang kedua. Dengan demikian, kekecewaan saudara akan menjadi tanda bahwa saudara sedang bergerak maju menuju perubahan yang lebih baik. Tindaklanjuti rasa kecewa itu dengan tindakan nyata yang membangun.
Kitab Yehezkiel menggambarkan umat yang kecewa, sinis, dan apatis akibat situasi yang buruk—baik secara moral, sosial, maupun spiritual. Fungsi agama telah tergeser menjadi sekadar formalitas, negara menjadi rapuh, dan akhirnya umat terjajah oleh bangsa asing. Inilah konteks pembuangan ke Babel.
Yehezkiel sendiri adalah seorang sastrawan dan keturunan imam yang juga merasakan kekecewaan. Namun, kekecewaannya justru membawanya semakin dekat kepada Tuhan. Allah menginspirasinya menulis kitab yang kini kita kenal sebagai Kitab Nabi Yehezkiel. Dalam kitab ini, Yehezkiel tidak hanya menegur umat, tetapi juga mengajak mereka menerima pengharapan dari Allah. Melalui seruan yang terus diulang, ia menyampaikan pesan Tuhan: “Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan.” MT
Kehadiran dan belas kasih mendahului mujizat.