Sabtu 05 Juli 2025
KEKAYAAN YANG SEJATI
Bacaan Sabda : 2 Korintus 8:1-15
“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan” (2 Korintus 8:2)
Jackie Mason pernah berkata: “Kekayaan bukanlah soal seberapa banyak uang yang Anda miliki. Kekayaan adalah apa yang masih Anda miliki ketika semua uang Anda telah hilang”. Ada juga yang mengatakan: “Kekayaan sejati bukanlah seberapa banyak yang telah Anda simpan, melainkan seberapa banyak yang telah Anda berikan”. Tuhan Yesus adalah teladan pemilik kekayaan sejati, karena dalam hakikat dan sifat-Nya, Kristus memberi hidup-Nya dan mengorbankan diri demi keselamatan manusia.
Di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan penganut Kristen, terdapat tradisi tahunan yaitu pesta panen. Tradisi ini dirayakan setiap usai panen raya padi, yang menjadi tanaman utama desa tersebut. Saat pesta panen, seluruh jemaat membawa hasil panen mereka ke gereja sebagai persembahan syukur. Di desa itu, tinggal seorang pendatang miskin yang bekerja sebagai buruh tani harian. Ia tidak memiliki sepetak tanah pun untuk digarap. Ketika pesta panen pertama diadakan sejak ia tinggal di desa itu, hatinya sedih karena ia tidak memiliki apa pun untuk dipersembahkan, sementara semua warga membawa hasil panen mereka.
Ia pun mendatangi pendeta dan berkata: “Maaf, Pak Pendeta, saya tidak memiliki padi untuk dipersembahkan pada pesta panen tahun ini.” Pendeta bertanya: “Apakah kamu gagal panen?” Buruh itu menjawab “Tidak, Pak. Saya hanyalah buruh tani, saya tidak memiliki lahan. Tetapi jika Bapak mengizinkan, saya ingin mempersembahkan uang sebagai gantinya.” Namun sang pendeta menjelaskan bahwa pesta panen ini hanya menerima hasil panen langsung, bukan uang.
Mendengar penjelasan tersebut, buruh tani itu membuat tekad dalam hatinya: “Tahun depan, ia harus membawa persembahan hasil panen terbanyak”. Dengan segala upaya, ia menyewa sebidang tanah kecil dari upah kerjanya. Ia mencurahkan hati, tenaga, waktu, dan pikirannya untuk mengolah tanah itu. Ia bekerja keras sepanjang musim dengan satu tujuan: untuk memberi. Tibalah pesta panen tahun berikutnya. Dengan penuh sukacita, ia datang membawa hasil panen terbanyak di antara seluruh warga desa. Pak Pendeta pun berdiri di hadapan jemaat dan berkata: “Inilah orang yang memiliki kekayaan sejati di desa ini. Ia memberi bukan dari kelimpahan, tetapi dari kerelaan hati, ketekunan, dan kasihnya kepada Tuhan.”
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kekayaan sejati bukan tentang memiliki banyak, tetapi tentang kerinduan untuk memberi. Orang yang memiliki hati yang memberi—sekalipun dari keterbatasan—adalah orang yang benar-benar kaya di hadapan Allah. Seperti Kristus yang memberikan diri-Nya sepenuhnya bagi kita, mari kita juga menghidupi kekayaan sejati dengan memberi, melayani, dan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. MT
Perolehan sejati bukanlah tentang seberapa banyak kekayaan melainkan seberapa besar dan tulusnya kemurahan.