Kamis 19 Juni 2025
MENGASIHI BUKAN PERASAAN TETAPI PENGORBANAN
Bacaan Sabda : Lukas 9:22-27
Dan Yesus berkata: ”Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Lukas 9:22)
Ada sebuah pepatah yang mengatakan: “Tiap rumah ada salibnya.” Betul juga, tidak mungkin rumah bisa dibangun tanpa ada bentuk salib dalam bangunan tersebut. Kemungkinan besar, justru bangunan rumah itu menjadi semakin kuat karena banyak bentuk salib yang memperkokoh struktur bangunannya. Jika bangunan rumah tidak mungkin terbangun tanpa bentuk salib, maka keluarga yang mendiami rumah tersebut pun pasti memiliki ‘salib’ berupa penderitaan yang tak terelakkan.
Ada penderitaan karena kesalahan sendiri, ada juga penderitaan yang sebenarnya dapat kita hindari. Namun, ada pula penderitaan berupa persoalan akibat kondisi tertentu, bahkan penderitaan yang sengaja ditimbulkan oleh pihak lain dan itu tidak bisa kita hindari. Tidak ada keluarga yang menghendaki penderitaan, namun pada kenyataannya, tidak ada keluarga yang luput dari penderitaan.
Penderitaan adalah bagian dari kehidupan berkeluarga dalam bentuk yang berbeda-beda. Ketika Tuhan Yesus memanggil para pengikut-Nya, Dia tidak menjanjikan hidup yang sukses, juga tidak menjanjikan hidup tanpa penderitaan. Sebaliknya, Tuhan Yesus justru mengingatkan bahwa pengikut-Nya harus siap memikul salibnya dan menyangkal dirinya. Bukan hanya sekali-sekali, tetapi setiap hari. Menerima berbagai penderitaan sebagai salib berbeda dengan menerima penderitaan sebagai nasib atau takdir. Menerima penderitaan sebagai salib bukan berarti menerimanya secara pasif, apalagi dengan mencari-cari penderitaan. Tetapi, menerima penderitaan secara aktif dengan memanfaatkannya sebagai pelajaran untuk mendewasakan diri dan melatih ketaatan kepada Firman-Nya. Sama seperti Tuhan Yesus yang melalui penderitaan-Nya, belajar semakin taat kepada Allah Bapa.
Setiap keluarga memiliki salibnya sendiri yang harus dipikul. Kita tidak diperintahkan memikul salib Yesus, tetapi salib kita masing-masing. Bentuk salib dalam keluarga berbeda-beda, tetapi pasti ada. Ada keluarga yang dirundung duka karena sakit penyakit, ada juga karena kegagalan dalam pendidikan atau pekerjaan. Ada keluarga yang kesepian karena tidak memiliki anak, ada juga yang menghadapi kesulitan karena terlalu banyak anak. Ada keluarga yang tiba-tiba kehilangan semua milik karena bencana, dan ada pula keluarga yang mendadak ditinggalkan oleh orang yang dikasihi.
Namun, jika Tuhan mengizinkan semua itu terjadi, pasti Tuhan pun menyertai, asal kita rela memikulnya secara aktif sebagai salib, dan bukan menerimanya secara pasif sebagai nasib. MT
Hadapilah penderitaan sebagai salib jangan menerimanya sebagai nasib.