Rabu 18 Juni 2025
SELAMAT DATANG KEBAHAGIAAN
Bacaan Sabda : Matius 5:1-12
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9)
Untuk apa seseorang menikah? Untuk memperoleh anak. Untuk apa orang memperoleh anak? Untuk memperoleh kebahagiaan. Jadi, mempunyai istri, suami, dan anak berarti memperoleh kebahagiaan. Untuk apa orang bekerja? Untuk memperoleh uang. Untuk apa orang memperoleh uang? Untuk membeli rumah. Untuk apa orang mempunyai rumah? Untuk memperoleh kebahagiaan. Jadi, mempunyai rumah dan harta berarti memperoleh kebahagiaan.
Bagi kebanyakan orang, orang yang berbahagia adalah orang yang mempunyai suami atau istri, rumah, mobil, dan harta lainnya. Tetapi, apakah memang demikian? Apakah setelah orang menikah dan sukses dalam karier otomatis menjadi bahagia? Apakah orang yang mempunyai anak lebih berbahagia daripada orang yang belum mempunyai anak? Tuhan Yesus memiliki ukuran yang berbeda dibanding ukuran umum mengenai kebahagiaan. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa orang yang berbahagia adalah: “Orang yang rindu melakukan kehendak Allah, orang yang berbelas kasih, orang yang bersih hatinya, orang yang membawa damai dan mendamaikan.”
Dalam Kisah Para Rasul 20:35, dikutip pernyataan Yesus: “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Jadi, jika disimpulkan, kebahagiaan bukanlah tentang memiliki atau memperoleh sesuatu, melainkan tentang memberi sesuatu.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani, menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mencapai kebahagiaan. Namun, menurut Aristoteles, kebahagiaan adalah penggunaan semua potensi dalam diri seseorang untuk membahagiakan orang lain. Jadi, kita akan berbahagia bila kita melakukan sesuatu dan mempersembahkan sesuatu kepada orang lain. Ada pula yang mengibaratkan kebahagiaan seperti kupu-kupu: Jika kita mengejarnya, ia akan menjauh. Namun, jika kita tenang dan diam, ia akan hinggap di sekitar kita, bahkan mungkin bertengger di kepala.
Jika kita mengejar kebahagiaan dengan kerja keras demi memilikinya, mungkin kebahagiaan itu justru akan menjauh. Namun, bila kita tenang dan membuka diri terhadap kebutuhan serta persoalan orang lain, kita akan berbahagia karena telah menolong orang lain. Kita tidak mendapatkan kebahagiaan karena dikejar untuk dimiliki. Kebahagiaan dalam keluarga akan datang saat setiap anggota membuka diri dan saling memberi. Karena kebahagiaan bukanlah sesuatu yang didapat dengan dikejar untuk dimiliki, tetapi sesuatu yang dipancarkan kepada orang lain. MT
Dalam Kristus kebahagiaan akan datang walaupun tak dikejar.