Minggu 06 April 2025
KELEMAH-LEMBUTAN DAN PENGUASAAN DIRI
Bacaan Sabda : Bilangan 12:1-16
“Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” (Bilangan 12:3)
Kelemah-lembutan dalam bahasa Yunani prautes mengandung pengertian pengekangan diri yang berpadu dengan kekuatan dan keberanian. Jadi orang lemah lembut bukan berarti suaranya lembut dan tidak pernah marah. Orang lemah lembut suaranya tegas dan biasanya marah pada saat diperlukan tetapi juga tunduk dengan rendah hati pada otoritas.
Penguasaan diri adalah kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan keinginan, nafsu dan emosi. Orang yang menguasai diri selalu mengendalikan keinginannya agar tetap pada jalur yang benar sesuai firman Tuhan. Seorang isteri yang menguasai diri tak kan pernah tergoda untuk membeli yang diinginkan tetapi sangat selektif karena membeli yang dibutuhkan. Seorang suami yang menguasai diri tak kan pernah mengkhianati pernikahannya walaupun banyak wanita cantik menggodanya. Seorang pemuda yang menguasai diri tak kan pernah tauran atas nama setia kawan. Kedua buah-buah Roh ini saya padukan karena ada dalam diri Musa sebagai perpaduan yang sangat serasi. “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya lebih dari setiap manusia yang diatas muka bumi” (Bilangan 12:3)
Ada teolog yang memberi pendapat bahwa pernyataan ini adalah merupakan sisipan yang ditambahkan Yosua sebagai penghormatan, jujur kepada pemimpinnya. Kita mengetahui Yosua adalah seorang yang dekat kepada Musa. Yosua sangat mengenal pemimpinnya. Yosua tahu betul bentuk kemarahan Musa, baik kepada bangsa Israel maupun kepada dirinya. Tetapi semuanya membuat Yosua berkesimpulan bahwa Musa adalah orang yang paling lemah lembut.
Penulis pernah sekali berkhotbah di sebuah gereja dengan judul khotbah “Karakter Musa”. Dalam khotbah itu saya mengupas tuntas mengenai kelemah-lembutan Musa. Musa yang tegas, Musa yang marah, Musa yang mengampuni, Musa yang membela orang tertindas, Musa yang mengasihi bangsanya dan Musa yang takut akan Allah.
Setelah selesai berkhotbah saya menghimbau jemaat untuk hidup berjuang seperti Musa. Ada Kesungguhan jemaat berjanji untuk meneladani Musa dalam menjalani hidup ke depan. MT
Kelemah-lembutan selalu berdampingan dengan penguasaan diri.