Sabtu 22 Februari 2025
PERSEMBAHAN KORBAN SAJIAN
Bacaan Sabda : Imamat 2:1-16
“Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam.” (Imamat 2:13)
Korban sajian merupakan suatu persembahan kepada Allah yang merupakan suatu penyembahan dalam tindakan. Sekaligus melambangkan penyerahan hasil pekerjaan kepada Allah. Dalam korban sajian terkandung pemahaman bahwa semua hasil karya manusia dilakukan bagi kemuliaan Tuhan. Juga mengandung pengakuan bahwa kebutuhan sehari-hari hendaklah diterima dengan ucapan syukur kepada-Nya.
Kolose 3:23, Rasul Paulus menasehati gerejanya, agar melakukan semua pekerjaan dengan baik sebagai pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan. 1 Korintus 10:31, Rasul Paulus juga memberi arahan bahwa saat makan dan minum pun hendaklah kita terima dengan rasa syukur untuk kemuliaan Allah.
Unsur-unsur dalam korban sajian adalah padi-padian, tepung, minyak zaitun, kemenyan, roti yang dibakar, garam dan madu. Tujuannya adalah tindakan penyembahan kepada Allah dan pengakuan atas kemurahan dan pemeliharaan Allah, juga tindakan pengabdian kepada Allah.
Dan semuanya persembahan sajian harus tanpa ragi. Jadi harus bebas dari sikap tidak tulus atau sikap jahat. Ragi juga sering dilambangkan sebagai ajaran atau prinsip yang menyimpang.
Markus 8:15 “lalu Yesus memperingatkan mereka, katanya “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes”. Dalam perjanjian Baru ragi biasanya melambangkan kejahatan atau pencemaran.
Ragi orang Farisi menunjuk kepada tradisi keagamaan mereka yang mengesampingkan perintah Allah. Tradisi yang juga mengganti ketaatan kepada Allah. Sedangkan ragi Herodes adalah kehidupan yang sangat sekularis atau keduniawian. Jadi kalau kita datang mempersembahkan penyembahan dan korban syukur kepada Allah harus disertai ketulusan dan sebagai bentuk ketaatan kepada Firman Allah. Sebab penyembahan dan korban syukur bukanlah tradisi agama. Tetapi adalah realitas jiwa yang rindu bersekutu dengan Allah sesuai dengan Firman Allah.
Jadi persembahan sajian yang harus tanpa ragi memberi peringatan kepada kita, bahwa para penyembah sejati harus berjaga-jaga agar penyembahan dan persembahannya tidak dirusak oleh tradisi agamawi dan sekularisme. Marilah kita melakukan penyembahan dalam tindakan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. (MT)
Persembahan dan pelayanan kepada Allah jangan dicemari dengan ketidak tulusan