Kamis 20 Februari 2025
KETIKA ALLAH TERASA MEMBISU
Bacaan Sabda : Mazmur 28:1-9
“Dari Daud. Kepada-Mu, ya Tuhan, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur. Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus.” (Mazmur 28:1-2)
Pemazmur rupanya terjebak kepada perasaan yang menggalaukan hatinya sebab terpengaruh akan kenyataan orang munafik menguasai umat yang tulus dan setia kepada Allah. Kenyataan berpanjangan ini menjadikan pemazmur mengungkapkan isi hatinya. “…Janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadikan seperti orang yang turun ke dalam liang kubur” (Mazmur 28:1). Walaupun pemazmur merasa Allah membisu bukan berarti dia juga berhenti berdoa dan menyembah Allah. Semakin merasakan kebisuan Allah ternyata pemazmur semakin tertarik dengan seruan menyembah Allah dan memohon pertolongan-Nya.
Di sinilah iman justru menemukan tempatnya untuk berpijak. Artinya iman tidak akan pernah dikuasai oleh perasaan. Yang betul adalah perasaan dijadikan menjadi radar untuk menyadarkan “bahwa saatnya sekarang untuk sujud syukur menyembah Allah”. Tetapi memang pengalaman dan perasaan pemazmur ini bukanlah hal yang lazim, tetapi pencobaan yang dialaminya adalah hal lazim (1 Korintus 10:13). Karena sesungguhnya Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk menanggung pencobaan. Allah juga akan membuka jalan atau memberi jalan keluar jika kita sungguh menginginkannya dan tergantung kepada kuasa dan kesetiaan Allah.
Karena sesungguhnya kita menjadi umat beriman yang dewasa apabila kita tabahmenghadapi kesulitan dan tantangan hidup. Dalam Yesaya 40 :11, melukiskan Allah sebagai gembala yang mengangkat seekor anak domba memeluknya agar selalu dekat di hati-Nya. Gembala yang memeluk dombanya tentu saja diam. Tanpa bicara gembala itu membuat tindakan yang lebih baik dari sekedar bicara. Allah memang Maha Kuasa tetapi Dia menggambarkan diri-Nya sebagai gembala domba. Sebagai gembala Dia pasti memperhatikan domba-Nya dalam diam sekalipun. Janganlah sekali-kali kita berpikir bahwa Allah demikian agung sehingga mengabaikan keperluan dan persoalan pribadi orang percaya.
Pemazmur sepertinya sempat merasa diabaikan oleh Allah. Pertama-tama memang pemazmur mengungkapkan perasaannya. Tetapi kalau kita membaca Mazmur 28 ini secara keseluruhan, maka kita pun akan menemukan bahwa pemazmur akhirnya mengungkapkan imannya. Pemazmur mengungkapkan imannya melalui penyembahan dan doa serta pengakuan akan kenyataan bahwa: “Allah tetaplah Allah yang patut dipuji, disembah dan diagungkan sekalipun Dia terasa bahwa diam dan membisu”. (MT)
Dalam diam pun Allah tetap bertindak jadi berserahlah.