Pesan Mingguan Temporary

PESAN MINGGU INI 14 APRIL 2024

PEMIMPIN YANG MELAYANI

“Yesus berkata kepada mereka: ”Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. 26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:25-26)

Menjadi seorang pemimpin dunia sekuler sangat berbeda dengan seorang pemimpin rohani. Pemimpin dunia ini sangat mengejar status dan gelar sebagai jaminan kuat untuk kepemimpinannya. Itulah sebabnya semua berlomba menjadi orang nomor 1 dalam suatu komunitas. Raja sebagai status nomor 1 dalam sebuah bangsa adalah sangat menyenangkan sebab itu selalu saja diperebutkan. Dalam organisasi gereja pun sistem dunia ini sudah dianut sehingga ada juga perebutan jadi orang nomor 1 dalam sinode, dalam gereja lokal dan dalam organisasi-organisasi gereja lainnya. Untuk suatu keteraturan organisasi hal itu bukan saja tak terhindarkan tetapi juga sangat dibutuhkan.

Dalam dunia secara umum seorang pemimpin bangsa adalah memerintah dengan kuasa karena mereka harus melakukannya karena mereka adalah pelindung rakyat. Untuk melindungi mereka harus berkuasa dan berwibawa bahkan cenderung harus menjalankan kekuasaannya dengan tegas. Sebab kalau tidak tegas mereka akan kehilangan wibawa. Jadi kebesaran seorang pemimpin dalam dunia sekuler terletak pada kuasa, kedudukan, jabatan kecerdasan serta kriteria-kriteria keunggulan manusia lainnya, karena hal itu sangat dibutuhkan dalam memerintah dan mengoperasikan kekuasaannya.

Sangat berbeda dengan kriteria seorang pemimpin menurut ajaran Yesus. Menurut Yesus kebesaran seorang pemimpin bukan pada kuasa kedudukan dan jabatannya. Kebesarannya menyangkut soal mental sejati yang harus dimiliki seorang pemimpin artinya hendaklah berdasarkan kasih kepada Allah dan sesama dan melalui kerendahan hati yang tulus serta kerelaan hati untuk melayani. Pemimpin bukanlah pemimpin yang berwibawa dalam memerintah melainkan mempunyai kerelaan untuk melayani.

Dalam penjelasan Yesus kebesaran seorang pemimpin bukanlah pada kedudukan, jabatan, kuasa, gelar, ketenaran, kemampuan, prestasi dan keberhasilan yang besar, karena biasanya hal itu bukanlah kita persembahkan untuk Allah, tetapi untuk diri sendiri. Kebesaran seorang pemimpin bukan pada kemampuan menguasai tetapi pada kerelaan melayani. Kebesaran bukan pada Karisma tetapi pada karakter. Sebab itu pemimpin sejati memperoleh kebesarannya bukan pada kemampuan menguasai tetapi pada kesungguhan hati melayani dan pada kerelaan merendahkan hati dan kesediaan menempatkan diri pada kerendahan bukan pada ketinggian. (MT)
Minggu 14 April 2024


PESAN MINGGU INI 07 APRIL 2024

MEMILIKI MENTAL PEMIMPIN

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ulangan 31:6)

Seseorang yang memimpin belum tentu memiliki mental seorang pemimpin, karena menjadi seorang pemimpin bukanlah dilahirkan tetapi dibentuk dan terbentuk melalui proses panjang. Yosua adalah seorang pemimpin yang terbentuk sebagai seorang pemimpin yang memiliki karakter pemimpin melalui proses yang sangat panjang. Dalam Keluaran 17, Yosua sudah diperintahkan Musa berperang melawan Amalek. Yosua muda mentaati pemimpinnya walaupun ada rasa takut dan rasa tak mampu menjadi seorang panglima perang negara kecil melawan negara besar. Tetapi dia taat juga kepada pemimpinnya.

Seorang pemimpin haruslah juga rela dan mau dipimpin. Pemimpin sudah pasti memerintah dan menyuruh tetapi juga harus membentuk diri taat diperintah dan disuruh. Yosua terbentuk bermental pemimpin sejak muda, bukan tiba-tiba saja. Ketika Yosua terpilih menjadi pengintai ke Kanaan sebelum Israel memasuki Kanaan, dia juga taat dan melakukan tugasnya dengan baik. hasil penelitiannya dilaporkannya kepada Musa sesuai dengan fakta yang dilihat. Tetapi dia bukan saja percaya diri tetapi justru mengedepankan percaya akan campur tangan Allah yang akan memberi kemenangan kepada umat-Nya, kendatipun menurut ukuran manusia mustahil Israel mampu menghadapi orang Kanaan. Jadi untuk memiliki mental pemimpin bukanlah diangkat saja tetapi harus siap dibentuk. Yosua dibentuk melalui pemberian kepercayaan untuk memimpin, dia terbentuk karena ketaatannya kepada pimpinannya. Musa sudah tahu bahwa dia akan mati sebelum memasuki Kanaan.

Suksesi kepemimpinan umat Allah sudah harus dilaksanakan. Musa mengetahui Yosua sudah siap karena sudah memiliki karakter seorang pemimpin bukan saja sudah mampu menggantikannya menjadi pemimpin umat Tuhan. Kalimat yang diulang-ulang Musa dan juga dinyatakan Allah kepada Yosua adalah “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu”. Musa telah melihat potensi Yosua untuk menjadi pemimpin, tetapi potensi saja tidak cukup. Yosua harus mempunyai hati yang teguh dan kuat. Teguh dan kuat berpegang kepada kebenaran dan mempunyai prinsip kebenaran yang kuat dalam menjalankan kepemimpinannya. Tujuan untuk memasuki dan menaklukkan Kanaan harus dipertahankan untuk mencapai tujuan Allah atas umat-Nya. Janji Allah yang mendasar kepada Yosua adalah penyertaan-Nya. Yosua meyakininya dan juga memperjuangkannya. (MT)
Minggu 07 April 2024


PESAN MINGGU INI 31 MARET 2024

KRISTUS HIDUP DALAMKU

“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20)

Di Galatia Rasul Paulus mendapat serangan hebat dari rasul-rasul palsu dengan mengacaukan pikiran jemaat melalui informasi yang salah mengenai Rasul Paulus. Rasul Paulus dituduh bukan rasul yang asli karena bukan berasal dari 12 murid Yesus, jadi sesungguhnya rasul Paulus tidak mempunyai wibawa sebagai Rasul. Mereka juga menuduh rasul Paulus memberitakan kasih karunia Allah yang bertentangan dengan hukum Taurat. Rasul Paulus merespon tuduhan-tuduhan yang tak berdasar itu dengan sangat bersemangat melalui surat kirimannya ini ke jemaat Galatia. Paulus mengaku dengan penuh keyakinan bahwa pertemuannya dengan Yesus adalah bukti kerasulannya juga disahkan oleh rasul-rasul lainnya.

Seperti Yakobus, Petrus dan Yohanes tetapi sesungguhnya fakta pelayanannya adalah pembuktian kerasulannya. Paulus tidak terlalu ambil pusing dengan jabatan kerasulan karena dia justru bersukacita, karena dia justru melakukan fungsi kerasulan dengan bertanggung jawab dan setia. Dari isi surat kirimannya jelas bahwa rasul Paulus sangat tegas menantang legalisme dan para legalis inilah yang berusaha menyerang Paulus. Serangan ini sedikitpun tidak menyebutkan semangat Paulus untuk menghidupi Injil. Kasih rasul Paulus kepada Kristus menyemangatinya untuk terus memberitakan dan juga menghadapi Injil. Suatu pernyataan Paulus yang ditulis dalam Galatia 2:19 “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus”.

Berbagai pernyataan rasul Paulus sangat jelas bahwa pusat dan orientasi hidupnya adalah Kristus dan untuk kemuliaan Kristus. Hal itu membuat hidupnya tak berkesempatan hidup untuk dunia bahkan untuk kepentingan dirinya sendiri. Rasul Paulus tak berkesempatan mempelajari dan mengenal banyak hal di dunia ini. Tetapi bila hal itu untuk kemajuan Injil dia berusaha mempelajarinya. Dia mempelajari sejarah dan budaya bangsa-bangsa karena berhubungan dengan tugas kerasulannya untuk lebih efektif dalam memberitakan Injil. Karena fokus hidup rasul Paulus adalah Kristus diapun terbentuk menjadi hamba Tuhan yang memiliki karakter Kristus. Dia dengan tegas menyatakan “Ada pun hidupku ini, bukannya aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”. Adapun hidup yang sekarang aku hidup di dalam tubuh ini, aku hidup di dalam iman kepada anak Allah, yang mengasihi aku. Dan yang telah menyerahkan diri-Nya karena aku. (MT)
Minggu 31 Maret 2024


PESAN MINGGU INI 24 MARET 2024

MENYATU DENGAN YESUS

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” (Yohanes 15:5-6)

Setelah hidup menjadi pengikut Kristus maka akan berproses menjadi seperti Kristus. Proses itu terjadi bila hubungan dengan Kristus terjalin bagaikan pokok anggur dan rantingnya. Yesus sendirilah yang mengangkat hubungan pokok dan ranting ini menjadi sebuah perumpamaan dalam menyampaikan ajaran-Nya yang bertemakan hubungan orang percaya dengan Kristus. Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai pokok dan murid-murid-Nya sebagai ranting. Ranting harus tetap terhubung dengan pokok sebagai sumber kehidupan agar mengeluarkan buah. Allah Bapa digambarkan sebagai pemilik dan pengurus kebun yang selalu siap memotong ranting tak berbuah, ranting yang berbuah akan mendapat perawatan yang baik agar tetap mengambil nutrisi dari pokok. Ranting yang berbuah ini adalah gambaran dari pengikut Kristus yang terus membangun kedekatan hubungan dengan Kristus sehingga berbuah lebat. Buah lebat itu adalah gambaran dari karakter yang baik dari pengikut Kristus yang tentunya karakter baik dan indah yang bersumber dari Kristus.

Melalui perumpamaan pokok anggur yang diajarkan oleh Yesus ini bertujuan untuk mengajarkan bahwa pengikut Kristus haruslah terus-menerus membangun hubungan dengan Yesus. Tinggal dalam Kristus berarti memelihara dan hidup sesuai dengan firman dan menjadikan Firman sebagai standar kebenaran dan penuntun hidupnya tetap membangun dan menjaga hubungan yang dekat dengan Kristus serta terus-menerus hidup dalam kasih Kristus. Sebab bila tidak demikian sama saja kehilangan hubungan dengan Kristus sehingga tidak mengeluarkan buah-buah yang bersumber dari Kristus.

Hubungan dengan Kristus tidaklah hubungan yang bersifat statis melainkan adalah merupakan hubungan yang progresif sehingga Kristus memberikan kehidupan rohani kepada pengikut-Nya. Hubungan yang bersifat progresif ini adalah merupakan tanggung jawab setiap orang percaya, sebagai tanggapan yang benar kepada kasih karunia Allah. Bukan hanya kita tinggal dalam Kristus tetapi Kristus pun tinggal dalam hidup umat-Nya. Bila tidak tinggal dalam Kristus maka akan kehilangan buah dan mengalami kekeringan rohani akhirnya terbuang. Tetapi bila tetap hidup dekat dengan Kristus kita menjadi umat yang mengeluarkan buah-buah kehidupan yang bersumber dari Kristus dengan pengertian akan hidup sebagai murid yang memiliki karakter Kristus. (MT)
Minggu 24 Maret 2024


PESAN MINGGU INI 17 MARET 2024

SEPERTI YESUS

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:5-7)

Rasul Paulus mengarahkan jemaat di Filipi, bagaimana seorang pengikut Kristus hidup dalam komunitas atau menjadi seorang anggota gereja hidup berjemaat secar benar dan baik. Tidak tanggung-tanggung, rasul Paulus memberi nasehat agar hidup seperti Yesus, atau mempunyai pikiran dan perasaan yang dinyatakan Yesus menjadi manusia selama berada di bumi. Firman Tuhan memandang kehidupan berjemaat itu sangat penting sehingga haruslah dijalani secara benar. Menjadi anggota jemaat dalam gereja lokal sangat berbeda dengan anggota sebuah organisasi sekuler. Menjadi anggota organisasi cukup melakukan kewajiban kemudian siap menanti hak-halnya. Bila haknya dikhianati maka dia menuntut. Rasul Paulus menghubungkan kehidupan berjemaat itu dengan pertumbuhan iman seorang Kristen yang harus konsisten meneladani Yesus atau hidup sebagaimana Yesus hidup.

Ada beberapa nilai yang benar bagaimana seorang pengikut Kristus hidup berjemaat secara benar dalam gereja lokal. Rasul Paulus menjadikan Yesus menjadi sosok untuk diteladani, sebab Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Salah satu tujuan Allah menjadi manusia adalah agar Allah dalam Yesus memberi teladan bagaimana seharusnya seorang manusia hidup :

  • Pertama adalah Yesus tidak mempertahankan hak-Nya. Sebagai Allah maka Yesus berhak untuk disanjung, dimuliakan dan dihormati sebagai Tuhan, juga berhak menghukum siapa saja yang tidak mentaati-Nya. Tetapi Yesus tidak mempertahankan hak-Nya sebagai Allah, Dia melepaskan-Nya dengan rela datang ke dunia menjadi manusia.
  • Kedua adalah Dia mengosongkan diri dalam arti mengesampingkan kemuliaan, kedudukan dan segala hak sorgawi-Nya. Mengosongkan diri dapat juga diartikan tidak menggunakan kemampuan dan kekuasaan-Nya untuk kehormatan diri-Nya, tetapi digunakan untuk menolong dan memberkati orang lain sebagai gantinya justru Yesus siap menanggung derita, kesalahpahaman hingga fitnahan.
  • Ketiga adalah Dia menghambakan diri dan datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Yesus adalah Tuhan yang sejati tetapi tetap hidup tanpa dosa.

Rasul Paulus menjelaskan bahwa hidup berjemaat itu bukan saja melakukan kewajiban dan memperoleh hak, melainkan meneladani Yesus dalam bersikap atau membangun hubungan dengan orang lain. Dan kata kuncinya adalah merendahkan hati. (MT)
Minggu 17 Maret 2024


PESAN MINGGU INI 10 MARET 2024

MEMILIKI KARAKTER KRISTUS

“Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1 Korintus 11:1)

Pengikut bukanlah pengekor yang ikut saja tanpa mengenal dan memberi penilaian yang akurat kepada yang diikutinya. Bukan pula yang ikut begitu saja karena yang diikutinya seorang karismatik yang berhasil menarik perhatian dan memikat serta menyulut emosi pengikutnya. Pengikut sejati adalah seseorang yang dekat dengan yang diikutinya dan kedekatan itu membuat pengikut mengenal dengan baik yang diikutinya dan setelah mempertimbangkan dengan benar dan tepat barulah dia memutuskan menjadi pengikut. Pengikut sejati adalah merupakan pengikut yang aktif sedangkan pengekor adalah merupakan pengikut yang pasif. Jadi pengikut sesungguhnya adalah seseorang yang belajar dari yang diikutinya dalam pengertian meneladani sepenuhnya yang diikutinya. Karena dia sangat paham bahwa yang diikutinya benar dan tepat untuk diteladani. Yesus sangat mengenal murid-murid-Nya selalu mengatakan “Ikutlah Aku”.

Kemudian Yesus mengajar murid-murid-Nya. Para murid menerima ajaran Yesus karena Yesus adalah merupakan pelaku pertama ajaran-Nya selanjutnya para murid menjadi pengikut sejati Yesus dalam pengertian berproses terus meneladani Yesus. Kristen adalah pengikut Kristus dalam pengertian haruslah secara terus menerus meneladani Kristus. Jadi pengikut tidak perlu diartikan negatif dalam pengertian seakan-akan seorang yang kehilangan logika dan kreatifitas karena sepnuhnya hidupnya tergantung kepada yang diikutinya. Hanya saja perlu kita pahami bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun yang memadai untuk diikuti, tidak ada paham dan ajaran yang sempurna untuk diikuti. Hanya Kristuslah yang memadai dan layak untuk diikuti. Rasul Paulus mengatakan jadilah pengikutku karena dia adalah pengikut Kristus.

Dalam berbagai pernyataan rasul Paulus, dia sangat jelas adalah seorang pengikut Kristus. Pada saat rasul Paulus menyatakan jadilah pengikutku berhubungan dengan bermunculannya rasul-rasul dan pengajar-pengajar palsu yang mempunyai banyak pengikut. Itulah alasannya mengajak orang percaya menjadi seperti Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Kemudian rasul Paulus juga menyatakan bahwa baginya hidup adalah Kristus dalam pengertian dia mau hidup seperti Kristus hidup selama Yesus menajdi manusia. Bagi rasul Paulus hidup haruslah terus menerus meneladani Kristus. Semua orang percaya yang meneladani Kristus sudah pasti terbentuk memiliki karakter Kristus. (MT)
Minggu 10 Maret 2024


PESAN MINGGU INI 03 MARET 2024

MEMILIKI KARAKTER KRISTUS

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Matius 11:28-30)

Beban terberat yang ditanggung manusia adalah permasalahan-permasalahan berat akibat dosa manusia dalam tuntutan agama seperti Yahudi bukan mengurangi  beban tetapi justru membuat beban semakin berat. Umat beragama dengan tuntunan hukum taurat membuat manusia mengenal dosa tetapi tidak pernah mampu melepaskan diri dari dosa. Kepada manusia yang mempunyai beban berat inilah Yesus memberi undangan agar datang kepada-Nya. Jadi untuk terlepas dari hidup penuh tekanan dan beban berat akibat dosa yang dapat kita lakukan adalah :

  1. Datang kepada Yesus. Yesus adalah satu-satunya manusia tanpa dosa sehingga hidup tanpa tekanan atau intervensi dosa. Dia datang justru untuk menanggung dosa manusia. Jadi bila kita datang kepada-Nya maka tekanan dan beban hidup berat akibat dosa itu akan ditanggung oleh-Nya.
  2. Memikul kuk yang dipasang kepada setiap orang yang datang kepada-Nya. Hal itu berarti perintah menghambakan diri kepada-Nya, dan mentaati petunjuk-petunjuk-Nya. Juga berarti menyerahkan diri-Nya untuk memperoleh  kebebasan dari semua beban dosa yang tidak tertanggung manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Hanya karena anugerah dan bantuan-Nyalah kita mampu memenangkan segala pencobaan dan persoalan hidup.
  3. Belajar kepada Yesus. Belajar kepada Yesus adalah merupakan proses panjang menjalani dan memperoleh pelajaran kehidupan. Yesus adalah juruselamat dan orang yang datang kepadanya akan memperoleh keselamatan. Tetapi Dia bukan hanya juruselamat saja, Dia juga adalah guru kehidupan. Sebagai guru kehidupan, Dia bukan saja mengajar bagaimana seharusnya umat-Nya hidup tetapi memberi keteladanan cara hidup benar, baik dan tepat.

Karakter mulia ini adalah merupakan karakter yang langsung hilang setelah manusia jatuh dalam dosa. Setelah percaya kepada Yesus maka fokus kehidupan adalah kepada Yesus. Untuk terus hidup dekat dengan-Nya adalah terus memandang kepada-Nya. Karena salah satu yang sangat penting bagi pengikut Kristus adalah belajar seperti Dia, meneladani-Nya untuk hidup lemah lembut dan rendah hati. Lebih lengkapnya semua pengikut Kristus haruslah hidup semakin mengenal Dia, semakin dekat dengan Dia, agar memiliki karakter mulia seperti karakter Kristus. (MT)
Minggu 03 Maret 2024


PESAN MINGGU INI 25 FEBRUARI 2024

MENGASIHI SEPERTI BAPA

“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21)

Mazmur 103:13 “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia”.

Membaca Mazmur ini terkesan bahwa Bapa di surga meniru bapa di bumi dalam hal mengasihi. Tentu saja konsep berpikir itu keliru walaupun sepertinya tidak ada hal yang salah disini. Tetapi bila mencoba memahami firman Tuhan sebagai satu keseluruhan maka kita akan berkesimpulan bahwa bukanlah Tuhan mengasihi seperti manusia tetapi manusialah yang akan terus belajar mengasihi seperti Tuhan. Ketika Yesus mengajar pengikutnya berdoa dengan memanggil Allah itu adalah Bapa di surga, Dia sebenarnya sedang mengatakan menyatakan keistimewaan seorang bapa. Tetapi juga menyatakan ada perbedaan antara bapa di dunia dengan Bapa di surga. Dan standar yang benar untuk seorang Bapa di bumi ini adalah Bapa di surga.

Hati seorang Bapa yang sejati adalah hati Bapa di surga. Jadi Bapa di bumi ini haruslah terus belajar untuk memiliki hati seorang bapa dari Bapa di surga bukan bapa di bumi yang penuh kelemahan dan keterbatasan. Jadi bila semua orang percaya mau memiliki hati seorang bapa hal itu berarti haruslah hidup dekat dengan Bapa di surga. Memiliki hati seorang bapa bukan berarti semua orang percaya harus menjadi seorang bapa tetapi belajar dari bapa di surga untuk hidup mengasihi seperti Bapa di surga mengasihi. Bagaimana seorang bapa mengasihi: Firman Tuhan mengatakan “Jangan pernah menyakiti hati anak-anaknya.”

Hal ini tentu tidak mudah karena faktanya semua manusia sangat berpotensi menyakiti sesama sengaja atau tidak sengaja. Bila seorang anak Tuhan tidak menyakiti hati sesama haruslah mengasihi seperti Bapa di surga mengasihi. Sebagai orang Kristen yang hidup dalam suatu komunitas, selalu hidup berhubungan dengan sesama orang percaya lainnya. Kita sangat membutuhkan hati seorang bapa agar tidak sampai menyakiti hati orang lain. Karena hal itu biasanya berpotensi mengecewakan dan membuat keluar dari komunitas. Hal ini sangat sukar tetapi juga sangat mungkin untuk digapai.

Firman Tuhan sangat tegas menjelaskan bahwa seorang bapa sangat mengasihi anak-anaknya, dan kasih itulah yang memungkinkan seorang bapa mungkin mampu tidak menyakiti hati anak-anaknya. Tetapi tidak menyakiti bukan berarti tidak menasehati dan tidak mendisiplin. Sama juga kita hidup dalam komunitas orang percaya haruslah tetap memperkatakan kebenaran. Bila ada yang jelas-jelas melakukan pelanggaran moral kita juga harus menasehati. Tidak baik juga bersikap diam atas nama tidak menyakiti. Tetapi bila kita memiliki hati bapa yang mengasihi anak-anaknya tentu membuat kita bijak, karena dasarnya adalah mengasihi seperti Bapa mengasihi. (MT)
Minggu 25 Februari 2024


PESAN MINGGU INI 18 FEBRUARI 2024

HATI YANG MENGASIHI

“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:13-14)

Firman Tuhan mengatakan sayang seorang bapa kepada anak-anaknya, sama dengan kasih Allah kepada umat-Nya yang takut akan Dia. Dalam hal ini Allah menyatakan hati seorang bapa yang sesungguhnya. Jadi kalau seorang bapa tidak sayang kepada anak-anaknya hal itu adalah suatu penyimpangan dari yang seharusnya. Dari sejak dicipta Allah telah melengkapi seorang laki-laki yang menjadi suami dan menjadi bapa dengan hati yang mengasihi. Sangat tepat firman Tuhan memerintahkan suami mengasihi istri dan anak. Tetapi iblis merusak kondisi hati seorang laki-laki sehingga mempunyai kecenderungan hati yang membenci semua yang tidak menuruti kemauannya. Walaupun terjadi kerusakan hati seorang laki-laki akibat dosa, ternyata Allah tidak mengubah standarnya untuk hati seorang bapa, dalam rencana Allah maka hati seorang bapa tetaplah hati yang sayang dan mengasihi anak-anaknya.

Ada banyak alasan yang logis bagi seorang bapa berhenti mengasihi anak-anaknya. Ada alasan karena tidak taat kepada orang tua dan tentu ada ratusan alasan tetapi apapun alasannya tetaplah merupakan alasan yang tidak tepat bagi seorang bapa untuk berhenti mengasihi anak-anaknya. Kenakalan dan ketidaktaatan anak kepada bapanya justru adalah alasan yang kuat bagi seorang bapa mengasihi anak-anaknya. Hati seorang bapa tidak boleh berubah dari hati yang mengasihi menjadi hati yang membenci hanya karena ketidaktaatan anak-anaknya. Ketidaktaatan anak-anak tidak boleh dibiarkan mengubah hati seorang bapa, yang betul adalah hati seorang bapa yang terus mengasihi anaklah yang dapat mengubah ketidaktaatan anak menjadi ketaatan yang tulus. Perlu diingat kebencian selalu menimbulkan kerusakan hubungan sedangkan kasih selalu menimbulkan keindahan hubungan.

Allah pencipta yang Mahatahu itu mengetahui betul standar abadi untuk seorang bapa sehingga mencipta seorang laki-laki dengan hati yang mengasihi. Seperti Allah menunjukkan kasih-Nya kepada umat-Nya demikianlah seorang bapa harus mewujudkan kasihnya kepada anak-anaknya. Berita pertobatan Yohanes pembaptis adalah membuat hati bapak-bapak berbalik kepada anaknya artinya menjadikan para bapak menjadi bapa yang sesungguhnya sesuai dengan kehendak Allah yaitu memiliki hati yang mengasihi. Bila Allah mengasihi umat-Nya karena Allah mengenal umat-Nya adalah orang berdosa yang mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Dan kasih-Nyalah yang membuat umat-Nya dengan rela melepaskan diri dari kesalahan dan dosanya. Sebab itu tetaplah menjadi bapa sesuai dengan standar dan kehendak Allah yaitu memiliki hati yang mengasihi. (MT)
Minggu 18 Februari 2024


PESAN MINGGU INI 11 FEBRUARI 2024

MENJADI SEORANG BAPA

“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu 1 dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:19-21)

Sebelum menjadi bapa, seorang laki-laki lebih dulu menjadi suami. Setelah dikaruniai anak dia menjadi bapa. Menjadi seorang suami adalah merupakan panggilan bagi seorang laki-laki setelah menikah dan menjadi seorang bapa adalah panggilan bagi seorang laki-laki setelah dikaruniai seorang anak. Bukan hanya dipanggil melainkan panggilan. Menjadi seorang suami dan seorang bapa bagi seorang laki-laki haruslah menerimanya sebagai panggilan Tuhan bukan status yang diterima secara otomatis. Menjadi panggilan karena ada perintah untuk mengasihi yang harus ditaati. Mengasihi istri bukanlah sekedar rasa kasmaran atau emosi yang timbul sesaat kemudian hilang. Mengasihi adalah menerima kekurangan-kekurangan yang dikasihi tetapi juga memberikan yang terbaik bagi yang dikasihi. Hal itu tentu tidak mudah tetapi bila menerima menjadi suami dan bapa menjadi panggilan, bukan status terhormat maka para suami dan bapa akan belajar terus untuk mempraktekkan dan memperjuangkannya.

Perlu juga dipahami bahwa bagi seorang laki-laki menjadi suami dan bapa adalah suatu jabatan baru yang perlu diterima sebagai jabatan pemberian Tuhan. Sebab itu untuk mampu mempertanggungjawabkannya dengan baik kita membutuhkan pertolongan Tuhan, dan untuk itu perlu juga menerima pengurapan dari Tuhan. Bukan hanya jabatan-jabatan imam dan pendeta yang membutuhkan pengurapan tetapi jabatan suami dan bapa pun membutuhkan pengurapan dari Tuhan. Dalam hal ini pengurapan bukanlah merupakan seremonial formal melainkan kehidupan doa memohon pertolongan Tuhan karena tidak mampu mempertanggungjawabkannya tanpa penyertaan Tuhan. Bila seorang  suami dan bapa terus menerus belajar semakin mengasihi istri tidak mempunyai kesulitan untuk tunduk kepadanya dan seorang anak tidak mempunyai kesulitan untuk mentaatinya. Suami yang mengasihi istri sudah pasti tidak berlaku kasar kepada istrinya dan seorang bapa yang mengasihi anak sudah pasti tidak akan menyakiti anak atau mentawarkan hati anak-anaknya.

Jelas sudah bahwa menjadi suami dan bapa yang sesuai dengan firman Tuhan adalah hal yang sangat memberkati. Menjadi seorang bapa haruslah terus membangun diri untuk mempunyai kepedulian kepada anak-anak sehingga anak-anak mempunyai sikap terbuka kepada sang bapa. Sebagai bapa dia harus terus terpanggil untuk mengasihi anak dari kecil hingga bertumbuh menjadi dewasa. Karena bapa mengasihi sudah pasti akan membawa anak-anak hidup dekat dan takut kepada Allah. Bukan hanya melalui perkataan tetapi juga melalui keteladanan. (MT)
Minggu 11 Februari 2024


PESAN MINGGU INI 04 FEBRUARI 2024

MEMILIKI HATI BAPA

“Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” (Lukas 1:16-17)

Yohanes Pembaptis, sang pelopor adalah pengkhotbah yang memfokuskan khotbahnya mengajak pendengarnya untuk bertobat. Salah satu dampak beritanya adalah membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dengan kata lain membentuk semua orang percaya memiliki hati seorang bapa. Kegagalan terbesar umat Allah Perjanjian Lama adalah para bapa-bapa tidak mempunyai kasih seorang bapa sehingga gagal dalam mengasihi anak-anaknya. Tetapi firman Tuhan yang diberitakan Yohanes Pembaptis mendahului kemunculan Yesus di hadapan publik adalah Firman yang mengajak pendengar untuk bertobat. Dan pertobatan sejati adalah saat semua pendengar firman Tuhan membuka hati disentuh kasih Tuhan agar memiliki hati seorang Bapa.

Ada beberapa hal nyata berupa nilai-nilai kehidupan yang baik dan benar yang diwujudkan oleh orang-orang percaya yang memiliki hati Bapa :

  1. Memiliki hati bapa adalah memiliki hati yang mengasihi. Kasih sejati seorang bapa kepada anaknya adalah kasih yang tak terbatas sehingga menerima anaknya apa adanya, memberi kebebasan kepada anak-anaknya dan mempunyai hati yang kaya dengan pengampunan. Dalam Injil Lukas 15:11-31, Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan tentang anak yang hilang. Sikap Bapa kepada anaknya yang terhilang itu cukup tepat menjelaskan hati seorang Bapa. Perumpamaan ini adalah menggambarkan kasih Allah kepada manusia berdosa, tetapi dengan menampilkan tokoh seorang bapa cukup jelas bagi umat-Nya, untuk memahami agar termotivasi membangun diri agar memiliki hati seorang bapa.
  2. Memiliki hati bapa berarti memiliki hati yang benar dalam menghadapi dan mendidik anak-anaknya. Seorang bapa harus siap menerima kenyataan bila anak-anak yang dididik dengan sungguh-sungguh dan kerja keras tidak sesuai dengan harapannya. Dengan kata lain dia tidak boleh berhenti mengasihi tetapi bila tidak sesuai dengan harapan justru hendaklah terpanggil untuk semakin mengasihi.
  3. Memiliki hati bapa berarti memiliki hati yang lembut tetapi juga teguh. Lembut dalam merespon setiap sikap anak tetapi tetap teguh dalam hal menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan. “Membuat hati bapa-bapa kembali kepada anak-anaknya” adalah merupakan pernyataan yang sangat jelas betapa pentingnya kehidupan keluarga sehingga hubungan dalam keluarga mendapat perhatian khusus dalam firman Tuhan. (MT)

Minggu 04 Februari 2024


PESAN MINGGU INI 28 JANUARI 2024

SURGA YANG KEKAL

“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Wahyu 21:4)

Dalam Kitab Wahyu sorga tempat kebahagiaan abadi itu diistilahkan dengan berbagai sebutan seperti langit yang baru, bumi yang baru dan Yerusalem baru. Dalam Injil Yohanes 14 surga itu disebut Rumah Bapa suatu tempat kebahagiaan abadi yang dibangun langsung oleh Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus langsung mengatakan bahwa Dia akan datang kembali membawa orang percaya ke sorga suatu tempat yang Dia bangun. Hal ini memastikan bahwa Dia akan datang mengangkat gereja-Nya ke tempat yang sudah disediakan-Nya. Suatu tempat yang kekal bagi yang setia. Jadi sangat dapat juga diartikan bahwa kedatangan Yesus tahap pertama adalah saat Dia datang menjemput umat-Nya dan membawa mereka ke tempat yang sudah tersedia.

Jadi boleh juga ditafsirkan bahwa kematian umat Tuhan yang setia adalah merupakan tahap pertama Yesus datang menjemputnya. Tetapi ini adalah merupakan tafsir jadi kebenarannya tidak mutlak. Tetapi perlu juga dipahami mengenai istilah Yerusalem Baru. Dalam Wahyu 21:2, dijelaskan bahwa Yerusalem Baru itu sudah ada di sorga dan dalam waktu dekat kota itu akan datang ke bumi sebagai kota Allah yang dinanti-nantikan oleh Abraham dan umat Allah yang setia. Kota yang dirancang dan dibangun oleh Allah sendiri (Filipi 3:20). Kemudian bumi yang baru sebagai sebutan untuk sorga pula yang akan menjadi pusat pemerintahan Allah untuk memerintah umat-Nya secara langsung untuk selama-lamanya. Tentu saja tidak sepenuhnya para penafsir mampu menjelaskan sorga itu dengan sempurna walaupun Alkitab sudah memberi penjelasan yang cukup mudah untuk dipahami. Tetapi dengan konsep berpikir yang sangat terbatas bisa saja bertanya “Mungkinkan ada tempat seperti itu?” Tetapi satu hal yang harus kita pahami bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Hal yang pasti semua orang percaya yang dibawa ke tempat itu akan hidup bahagia dan bersukacita untuk selama-lamanya. Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, artinya segala penderitaan akibat dosa akan hilang untuk selama-lamanya. Karena akan menempati bumi dan langit yang baru, makanya orang percaya yang setia pun akan diberikan tubuh yang baru. Artinya tubuh berdosa yang kita miliki tidak layak dan memadai mendiami bumi dan langit yang baru. Jadi sangat penting  bagi kita untuk merenungkan betapa pentingnya kita terus menanti-nantikan kedatangan Kristus yang pasti akan datang membawa kita ke tempat abadi yang disediakan bagi kita. Menanti-nantikan secara aktif berarti terus setia membangun kehidupan iman yang semakin dekat dengan Tuhan. (MT)
Minggu 28 Januari 2024


PESAN MINGGU INI 21 JANUARI 2024

DUA TAHAP KEDATANGAN YESUS

“Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yohanes 14:3)

Masih cukup lama sebelum Yesus naik ke surga Dia sudah menjelaskan bahwa setelah Dia naik ke surga menyediakan tempat bagi orang percaya, Dia akan datang membawa orang percaya ke surga tempat yang sudah disediakan-Nya. Jadi sepasti Dia naik ke surga, sepasti itu juga Dia akan datang untuk menjemput pengikut-pengikut-Nya ke tempat yang disediakan. Janji-Nya “Membawa kamu ketempat-Ku” menunjuk kepada bahwa Dia datang melakukan pengangkatan (rapture)-Nya ke gereja atau datang di awan-awan mengangkat orang percaya. 

Menurut rasul Paulus, ini adalah merupakan :

  • Kedatangan Yesus pada tahap yang pertama (1 Tesalonika 4:15-17). Pada tahap ini orang percaya diangkat bersama-sama dengan Dia. Dia akan melepaskan umat-Nya yang setia dari hari pencobaan yang melanda dunia (Wahyu 3:10). Ini merupakan reuni akbar yang penuh kemuliaan. Pengangkatan (rapture) ini merupakan doktrin yang sangat menghibur bagi orang percaya. Walaupun ada tahapan, tak perlu memberi tekanan pada tahapan yang dimaksud, yang perlu ditekankan adalah bahwa Dia pasti datang untuk menjemput umat-Nya yang setia kepada-Nya.
  • Tahap kedua adalah penampakan Kristus (revelation/opocalypse atau epiphany), adalah saat Yesus akan menjejakkan kaki di bumi untuk mendirikan kerajaan milenium atau kerajaan 1.000 tahun.

Dalam Yohanes 14:3 dikatakan bahwa dalam tahap pertama Dia datang untuk umat-Nya dan tidak seorang pun yang mengetahuinya (Matius 24:42-44). Dalam Yudas 1:14 dijelaskan bahwa pada kedatangan tahap kedua Ia datang dengan orang-orang kudus-Nya dan dalam Wahyu 1:7, dikatakan bahwa Ia akan datang di awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.

Dalam kedatangan tahap kedua, bahwa Dia datang menginjakkan kaki di atas bumi dan mendirikan kerajaan 1.000 tahun (melenium). Ada banyak pengikut Kristus menafsirkan bahwa kerajaan 1.000 tahun itu bukanlah fakta historis melainkan hanyalah merupakan simbol sedangkan dalam iman GBI, kerajaan 1.000 tahun adalah fakta historis. Tetapi soal teori pengangkatan pada saat “pre,mid” atau post tribulation (sebelum, saat, atau setelah penderitaan besar), GBI tidak memberi tekanan atau menganut salah satu karena yang terpenting adalah kita haruslah selalu bersedia dan menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya. Menyiapkan diri dengan tetap setia, selalu membangun kehidupan iman dan membangun karakter yang baik dan benar juga membangun hidup selalu dekat dengan Yesus. (MT)
Minggu 21 Januari 2024