Artikel…

MISI KRISTUS DAN PERAYAAN NATAL
Kristus datang untuk mati. Tampaknya pernyataan itu sudah sering kita dengar, tetapi mungkin tidak terlalu meresap ke dalam hati kita. Jika sudah, mungkin kita tidak akan merayakan Natal dalam cara-cara yang sekarang justru mengemuka di gereja-gereja maupun komunitas kristiani. Jika sudah, mungkin kita akan lebih memaknai Natal dengan rasa syukur dan perasaan kasih yang lebih besar kepada Allah. Jika sudah, mungkin kita akan lebih memuliakan Allah dalam tindakan kita daripada sibuk menghias rumah, mencari hadiah, membeli baju atau sepatu baru, atau memikirkan kue apa yang akan kita buat atau beli pada tahun ini.
Dua ribu tahun yang lalu, Kristus datang dengan sepenuhnya menyadari misi-Nya di dalam dunia. Ia datang untuk menolong manusia yang dalam keberdosaannya tidak dapat menolong dirinya sendiri. Ia, yang adalah Allah Pencipta Alam, datang dalam rupa hamba dan sebagai domba yang siap disembelih (Yohanes 1:29) untuk menggenapi janji Allah (Kejadian 3:15). Ia menjadi pesakitan bagi kita meski sesungguhnya kita tidak layak untuk menerima pengorbanan tersebut. Untuk apa Ia melakukannya? Bukankah Allah dapat saja menghukum dan memusnahkan kita semua, lalu menciptakan dunia yang baru dalam skenario tanpa dosa? Atau, bukankah Tuhan hanya perlu melakukan satu perbuatan yang dahsyat untuk diketahui oleh semua umat manusia bahwa Ia adalah Juru Selamat hingga semua orang menjadi percaya dan bertobat? Jawaban untuk itu adalah karena Ia tidak dapat menyangkal hakikat diri-Nya sendiri sebagai Pribadi yang setia, penuh kasih, dan kudus. Hanya melalui salib, kesetiaan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dapat digenapi. Hanya melalui salib, kasih dan keadilan Allah dapat ditegakkan di dalam diri-Nya. Dan, hanya melalui salib, murka Allah terhadap dosa dapat dipuaskan (1 Yohanes 4:10).
Setelah misi Kristus dituntaskan dengan sempurna, kita, sebagai pengikut Kristus, kini mewarisi misi-Nya untuk memberitakan Kabar Kesukaan bagi dunia. Karena itu, alih-alih merayakan Natal dalam kemeriahan, tidakkah lebih baik bila kita merayakan Natal pada tahun ini dengan melakukan berbagai kegiatan yang akan meningkatkan kasih dan keinginan kita untuk berbagi Kristus kepada yang lain? Masih ada banyak orang di luar sana yang membutuhkan kasih Kristus, dan sudah menjadi tugas kita untuk mengabarkan berita Natal dan keselamatan dari Tuhan kepada mereka yang membutuhkannya. Tentu saja, untuk itu, ada harga yang mesti dibayar, dan kesenangan diri mesti dipangkas. Namun, ingatlah bagaimana Ia sudah mengosongkan diri-Nya untuk mengambil posisi kita, yang justru senantiasa ingin mengambil alih tempat Allah dalam hati dan kehidupan kita.
Jika Ia saja, yang adalah Allah Semesta Alam, penguasa kehidupan, dan pencipta segala sesuatu, mau merendahkan diri-Nya dan tidak menganggap keilahian-Nya sebagai milik yang harus dipertahankan, lantas siapakah kita sehingga ingin senantiasa mendahulukan harga diri dan kepentingan kita? Siapakah kita, yang selalu saja berusaha untuk mengendalikan hidup kita sendiri dan orang lain? Dan, siapakah kita sehingga tidak mau membalas kasih-Nya dengan memberi yang terbaik untuk-Nya dalam panggilan kita masing-masing?

MENYAMBUT NATAL DENGAN SUKACITA – Lukas 10:38-42
Berita Natal adalah berita sukacita tentang Allah yang telah mengutus Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus, untuk datang ke dunia ini guna menebus dosa manusia. Sayangnya, di saat Natal, anak-anak Tuhan sering kehilangan sukacita serta gampang marah karena kelelahan dalam mempersiapkan perayaa Natal dan karena mengabaikan hal yang terpenting, yaitu menikmati berita sukacita Natal.
Bacaan Firman Tuhan hari ini menunjukkan kontras antara dua bersaudara, yaitu Maria dan Marta, dalam menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Marta sibuk melayani (mungkin dengan menyediakan makanan), sedangkan Maria duduk tenang di kaki Tuhan Yesus. Marta kelelahan sehingga tak bisa mengontrol emosi, dan mudah diduga bahwa Maria memperoleh sukacita karena menikmati kebersamaan dengan Tuhan Yesus. Yang tidak terduga: Ternyata bahwa Tuhan Yesus menganggap sikap Maria yang duduk tenang sebagai pilihan yang lebih baik daripada tindakan Marta yang sibuk melayani.
Saat ini, anak-anak Tuhan sering memilih fokus yang keliru dalam menyambut Natal. Ketimbang duduk tenang menikmati berita sukacita Natal, banyak anak Tuhan yang menghabiskan seluruh tenaga dan konsentrasi untuk memastikan bahwa perayaan Natal berlangsung dengan baik dan tertib. Melayani dalam perayaan Natal tidak salah dan merupakan tanggung jawab dari anak-anak Tuhan. Akan tetapi, di samping melayani, kita harus menyediakan waktu untuk duduk tenang mendengarkan dan merenungkan berita Natal. Tanpa menikmati Firman Tuhan, perayaan Natal hanya akan mendatangkan kelelahan dan bisa menghilangkan sukacita Natal yang seharusnya terpancar dalam hidup anak-anak Tuhan.
Lukas 2:20, Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

PIKIRAN
Menarik mengamati perkataan dari Eleanor Roosevelt, mantan Presiden USA yang mengatakan : “Small minds discuss people, average minds discuss events, great minds discuss ideas”

Pikiran kecil membicarakan orang. Pikiran sedang membicarakan peristiwa. Pikiran besar membicarakan gagasan. Maka sebagai akibatnya :

  • Pikiran kecil akan menghasilkan gossip.
  • Pikiran sedang akan menghasilkan pengetahuan.
  • Pikiran besar akan menghasilkan solusi.

Ketiga jenis pikiran ini ada di dalam setiap otak kita. Pikiran mana yang lebih mendominasi kita, begitulah apa yang dihasilkannya. Kalau setiap saat otak kita dipenuhi oleh Pikiran Kecil, maka kita akan selalu asyik dengan urusan orang lain, namun tidak menghasilkan apa-apa, kecuali perseteruan. Tetapi bila Pikiran Besar yang mendominasi, maka ia akan aktif menemukan terobosan baru.

  • Pikiran kecil senang menggunakan kata tanya “siapa”
  • Pikiran sedang senang mnggunakan kata : “ada apa”, sedangkan
  • Pikiran besar selalu memanfaatkan kata tanya : “mengapa dan bagaimana”.

Dalam melihat satu peristiwa yang sama, misalnya jatuhnya buah apel dari pohonnya, akan cenderung ditanggapi berbeda.

  • Pikiran kecil akan tertarik dengan pertanyaan: “siapa sih yang kemarin kejatuhan buah apel?”
  • Pikiran sedang akan bertanya : “apakah sekarang berarti sudah mulai musim panen buah apel?”
  • Sedangkan si pikiran besar akan bertanya : “mengapa buah apel itu jatuh ke bawah, bukannya ke atas?”

Dan… pikiran yang terakhir itulah yang konon menginspirasi Sir Isaac Newton menemukan teori gravitasi-nya yang sangat terkenal !

Jarang ada prestasi atau karya di dunia ini yang dihasilkan oleh Pikiran Kecil. Ada pula imajinasi itupun pasti angan-angan besar.

Di samping itu, ketiga jenis pikiran ini juga mempunyai ‘makanan’ favorit yang berbeda :

  • Pikiran kecil biasanya senang “melahap” tabloid, infotainment, koran merah.
  • Pikiran sedang amat berselera dengan koran berita.
  • Pikiran besar memilih buku yang membangkitkan inspirasi.

Semoga pikiran-pikiran kita didominasi oleh pikiran besar.