Sabtu 19 Juli 2025
TETAP PANDANG YESUS
Bacaan Sabda : Mazmur 34:1-23
“Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;” (Mazmur 34:20)
Berikut ini adalah lirik dari lagu rohani Pentakosta lama: “Pandang t’rus pada-Nya, jangan menoleh jalan t’rus. Jangan pandang salah orang lain, pandang saja Yesus.” Sebuah lagu rohani biasanya lahir dari pengalaman hidup, pergumulan, dan realitas yang menyentuh jiwa. Lagu ini tampaknya terinspirasi dari pengalaman pahit karena terlalu sering melihat kesalahan orang lain.
Banyak orang Kristen terjebak dalam kebiasaan mengeluh dan mencela orang percaya lainnya, termasuk para pelayan Tuhan. Sikap ini biasanya muncul ketika seseorang mulai mengalihkan pandangan dari Yesus kepada manusia. Fokus yang beralih dari Kristus kepada kelemahan sesama sangat berpotensi melumpuhkan iman. Saat iman mulai lumpuh, gejalanya sering terlihat jelas: hilangnya sukacita, semangat melayani memudar, dan akhirnya menjauh dari pelayanan yang dulu begitu digeluti.
Salah satu penyebab utama seseorang mengalihkan pandangannya dari Yesus adalah perasaan tidak diberkati. Banyak orang Kristen beranggapan bahwa berkat hanya berarti keberhasilan finansial, kenyamanan, atau hidup tanpa tantangan. Padahal, jika tidak ada yang menentang hidup kita, mungkin itu karena kita belum melakukan hal yang cukup mengguncang kerajaan kegelapan.
Firman Tuhan dalam Mazmur 34:20 berkata: “Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu.” Allah memang menjanjikan sukacita dan damai sejahtera, tetapi itu tidak berarti kita akan bebas dari penderitaan. Bahkan tokoh-tokoh seperti Ayub, yang hidup benar, tidak luput dari penderitaan. Mengikut Tuhan tidak berarti bebas dari pencobaan. Sebaliknya, kesetiaan kita akan sering diuji – melalui orang-orang terdekat, lingkungan, kesehatan, bahkan pelayanan. Namun kita perlu mengingat: penderitaan tidak berasal dari Tuhan, meskipun Tuhan mengizinkannya untuk menyucikan karakter dan memperkuat iman kita.
Dalam penderitaan, kita justru bisa merasakan penyertaan Allah yang adikodrati—yang tidak bisa dijelaskan dengan logika, tetapi nyata dan menguatkan. Apa pun yang sedang kita alami—rasa kecewa, pengkhianatan, ketidakadilan, atau penderitaan—tetaplah pandang kepada Yesus. Berhentilah memandang kesalahan orang lain. Fokuslah kepada Kristus, sumber kekuatan, damai, dan kasih karunia. Karena kekuatan iman kita bukan diukur dari berapa banyak berkat yang kita terima, tetapi dari seberapa kuat kita tetap memandang Yesus di tengah badai. MT
Berhentilah memandang kesalahan orang lain tapi bentuklah kehidupan untuk layak dipandang orang lain.