Selasa 28 November 2023
YESUS SANG PEMBERI HIDUP
Bacaan Sabda : Markus 7:1-23
“Jawab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Markus 7:6-7)
Pada zaman Perjanjian Baru yang bersamaan dengan kedatangan Yesus, umat Allah masih menjadikan hukum taurat menjadi standar dalam menjalani kehidupan, tetapi sudah banyak bercampur dengan adat istiadat orang Yahudi. Orang Farisi dan ahli taurat yang seharusnya menjaga kemurnian hukum justru cenderung menjadi perusak hukum taurat karena telah sangat banyak dipengaruhi adat istiadat buatan manusia. Kemudian kesalahan semakin besar karena mereka menjadikannya hanya sebagai hukum. Hukum Allah yang hidup yang seharusnya menyentuh hati dan batin, mereka jadikan menjadi aturan-aturan lahiriah yang kaku. Hal itu membuat umat bukan semakin dekat kepada Tuhan tetapi semakin jauh. Bibir tetap memuliakan Allah hanya sebagai syarat agamawi tetapi hati justru jauh dari Tuhan. Ketidaksenadaan kata dan hati berdampak pada ketidaksesuaian kata dan laku akhirnya melahirkan kemunafikan.
Bahaya muncul kemudian yaitu agama menjadi kegiatan ritual tanpa Tuhan. Di tengah kondisi inilah Yesus menyuarakan kebenaran. Yesus bukan mengubah hukum taurat tetapi menggenapinya. Yesus menggenapi melalui karyanya mengisi kehidupan yang baru dalam hukum taurat itu. Hukum Allah yang dibuat kaku dan mati oleh orang Farisi dan ahli taurat diisi Yesus dengan semangat hidup spiritual melalui ajaran-ajaran, karya dan tindakan-Nya. Yesus menjadikan firman yang mati menjadi firman yang hidup.
Para pemberita Firman pada akhir zaman ini haruslah betul-betul belajar kepada Yesus. Jangan pernah memberitakan Firman hanya sekedar pemberi motivasi melalui kemampuan orasi yang mumpuni. Kemampuan melogikakan Tuhan semakin marak dan sangat disukai para pendengar. tanpa disadari iman kepada Tuhan tergantikan oleh filsafat modern. Tentu ini cukup menyenangkan, karena menjadikan iman Kristen menjadi wajah ramah dan mudah di terima. Tetapi perlu direnungkan melogikakan Tuhan bukanlah mengasihi Tuhan dengan akal budi. Melogikakan Tuhan sangat mudah terseret kepada berkata-kata indah tentang Tuhan tetapi hati semakin jauh dari Tuhan. Tetapi mengasihi Tuhan dengan akal budi membuat iman terus terjaga. Hati dan kehidupan semakin dekat dan melekat kepada Tuhan. (MT)