Jumat 04 Agustus 2023
KESETIAAN DALAM PERNIKAHAN
Bacaan Sabda : Hosea 1-2
“Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN. Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mendengarkan langit, dan langit akan mendengarkan bumi. Bumi akan mendengarkan gandum, anggur dan minyak, dan mereka ini akan mendengarkan Yizreel.” (Hosea 2:19-21)
Hosea adalah nama yang berarti keselamatan. Nabi Hosea diutus Allah untuk menubuatkan kebobrokan umat Israel yang sangat pantas mendapat hukuman, tetaoi sesuai dengan namanya, dia justru lebih fokus pada berita keselamatan dan penebusan Israel. Ada hal yang cukup janggal, ketika Allah memerintahkan Hosea kawin dengan seorang perempuan sundal. Para penafsiran Alkitab mempunyai kecenderungan memahaminya sebagai lukisan akan ketidaksetiaan Israel kepada Allah. Tetapi mayoritas penafsir memahaminya sebagai kisah nyata atau fakta yang benar-benar terjadi, karena kisahnya sangat jelas. Hanya saja Gomer, perempuan sundal itu adalah perempuan perawan yang dinikahi Hosea dengan resmi sebagai Istri sejatinya tetapi dia menjadi perempuan sundal setelah meninggalkan Hosea, dan Hosea tetap menduda pada waktu yang lama sebagai suatu sikap setia kepada kudusnya pernikahan. Sebab itu sesungguhnya ada 2 pesan penting melalui kisah rumah tangga Hosea ini :
- Tanggungjawab dan kesetiaan kepada hidup pernikahan. Hosea memilih menyendiri setelah ditinggalkan istrinya Gomer yang menjadi perempuan sundal. Setelah Allah memerintahkan untuk kembali menebus istrinya, Hosea mentaati dengan mengampuni dan menerima. Hal ini terjadi bukan hanya sekali, tetapi Hosea tetap menerima dan menebus istrinya.
- Kesetiaan Allah yang terus mengasihi umat-Nya, kendatipun umat-Nya berulang-ulang melakukan perzinahan rohani atau menyembah berhala. Allah menyatakan “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN” (Hosea 2:19).
Tentu syarat penting adalah umat-Nya harus bertobat dan meninggalkan berhala kesia-siaan. Dan Allah bukan hanya menerima umat-Nya, dan menjadikan umat-Nya menjadi milik kepunyaan-Nya dengan umat-Nya. Bahkan bila kita cermati baik-baik sesungguhnya Allah memulihkan umat-Nya secara holistik. Jadi hubungan yang rusak bukan dihakimi, tetapi dipulihkan. Dalam rumah tangga pun, bila kasih dan kesetiaan terus dibangun maka Allah akan terus hadir untuk memulihkan dan memberkati. (MT)