Senin 17 April 2023
TETAPLAH BEKERJA
Bacaan Sabda : Amsal 9-10
“TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolak-Nya. Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.” Amsal 10:3-5
Amsal juga tidak lupa membuat pernyataan iman tentang pemeliharaan atas orang benar. Pernyataan iman bernuansa hikmat ini menjadi suatu pemahaman mendalam atas pemeliharaan Allah. Amsal menjelaskan pemeliharaan Allah secara umum kepada orang-orang benar yang hidup takut akan Tuhan sehingga menjalani kehidupan dengan standar kebenaran yaitu firman Allah. Pemeliharaan Tuhan itu pasti atas umat-Nya tetapi ada kalanya kita mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan jasmaniah. Karena umat-Nya hidup di bumi yang terkadang dilanda perang, bencana ada keadaan ekonomi sulit secara nasional, regional dan internasional, maka umat Tuhan pun harus mengkondisikan diri dengan bijaksana, tetapi yang pasti dalam kondisi sesulit apapun Tuhan akan memelihara umat-Nya.
Secara pasti Allah memberi penjelasan yang sangat tegas akan pemeliharaan Allah, tetapi bukan berarti Allah setuju kalau umat-Nya hidup bermalas-malasan. Tetap saja “Tangan yang lamban membuat miskin”. Kemalasan jangan dipelihara harus diperangi dan dibuang. Karena pemeliharaan Allah tidaklah berlaku pada si pemalas yang atas nama iman berharap makanan jatuh di atas mejanya tanpa bekerja.
Pemeliharaan Allah bukan pula untuk orang yang tidur saja waktu panen. Sikap ini adalah salah satu sikap pemalas yang sangat memalukan. Pemalas justru tetap saja bermalas-malasan ketika ada pekerjaan yang segera dan secepatnya harus dituntaskan. Masa panen adalah saatnya tidak boleh berlipat tangan, hasil pertanian harus segera dituai bila tidak, bisa saja rusak dan hilang begitu saja. Jadi bila tetap bermalasan sungguh sangat merugikan. Tetapi namanya juga pemalas jadi tidak ada sesuatu yang perlu dipanen.
“Berkat Tuhan yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya” (Amsal 10:12). Para pemalas sering mengutip ayat Firman ini menjadikan alasan untuk hidup bermalas-malasan. Padahal konteksnya sangat jauh berbeda. Hikmat mendasari pernyataan Amsal ini adalah betapa banyak manusia mengumpulkan materi dengan susah payah artinya menghalalkan segela cara seperti kejahatan, penipuan, sehingga tak terkategorikan sebagai berkat Allah. Karena kekayaan sejati tidak selalu diukur dari pencapaian tetapi diukur melalui proses atau bagaimana kita memperoleh kekayaan itu. Jadi tetap bekerja dengan tertib dan benar adalah merupakan sikap mengkondisikan terbuka kepada berkat Tuhan. (MT)