Rabu 11 Januari 2023
SAHABAT DI KALA SUKAR
Bacaan Sabda : Ayub 4-5
“Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu? Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan? Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ayub 4:6-8)
Dalam pasal 2, 3 orang sahabat Ayub datang mengunjungi Ayub dalam penderitaannya. Tiga(3) orang sahabat Ayub datang menyatakan rasa simpati dan berusaha untuk memberi dukungan agar Ayub tabah dalam menghadapi cobaan. Tiga(3) orang sahabatnya mendampingi Ayub selama 7 hari 7 malam tanpa berbicara kepada Ayub. Dalam hal ini mereka hanyalah pendengar yang baik terhadap keluhan Ayub yang tak putus-putus untuk menahan rasa yang sangat sakit. Tentu saja mereka berdoa untuk kesembuhan Ayub yang mereka kenal sebagai seorang yang takut kepada Tuhan dan hidup saleh.
Tetapi dalam kunjungan-kunjungan selanjutnya para sahabat Ayub menjadi berubah sikap. Mungkin karena semakin lama mendengar keluhan Ayub mereka mulai memberi tanggapan dan pendapat terhadap penderitaan Ayub. Bila disimpulkan maka sahabat-sahabat Ayub khususnya Elifas mengemukakan pendapat bahwa Ayub menderita karena telah berdosa kepada Allah. Sahabat-sahabat Ayub menyatakan orang yang hidup benar tidak akan menderita sedangkan orang jahat akan terhukum oleh kejahatannya. Hal ini benar bila tinjauan dari sudut kekekalan. Tetapi bila ditinjau dalam fakta kehidupan sehari-hari tidaklah benar.
Pandangan ini adalah merupakan teologia yang sangat terpopuler tetapi bila didalami pandangan ini adalah merupakan teologia dangkal yang tidak lengkap. Teologia yang tidak lengkap ini beranggapan bahwa orang saleh hanya mengalami hal-hal yang baik sedangkan pendosa pasti akan mengalami penderitaan. Jadi Elifas menuduh Ayub berbuat kesalahan bahkan kejahatan tersembunyi sehingga penderitaannya adalah merupakan hukuman Allah. Penderitaan Ayub adalah merupakan teguran Allah dan bila yang ditegur menanggapi dengan benar maka dia akan dibebaskan dari hukuman. Tetapi pendapat inilah yang sesungguhnya dilawan oleh kitab Ayub. Dalam kitab Ibrani pun hal ini dijelaskan dengan menampilkan tokoh-tokoh iman yang saleh justru mengalami penderitaan hingga penganiayaan. Penulis Ibrani justru menjelaskan pula tokoh yang saleh banyak yang dibunuh karena kesalehan dan kesetiaannya.
Alkitab secara keseluruhan tidaklah mengajarkan bahwa Allah akan melenyapkan semua kesulitan dan penderitaan dari hidup umat-Nya. Orang saleh tidaklah otomatis lolos dari kesulitan hidup. Ayub bukanlah seorang yang merasa dirinya benar sehingga sibuk membela diri. Dia berusaha juga mengoreksi diri tetapi dia tidak menemukan kejahatan pada dirinya. Mungkin saja dia sadar ada kesalahan tetapi bukanlah kejahatan yang perlu diganjar dengan hukuman. (MT)