Rabu 16 Februari 2022
INDAHNYA KEMERDEKAAN
Bacaan Sabda : Keluaran 5:1-24
“Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun.” Tetapi Firaun berkata: “Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.” (Keluaran 5:1-2)
Musa dan Harun segera menghadap Firaun untuk memohon agar orang Israel diijinkan pergi beribadah selama 3 hari. Mereka melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan sebagai wujud dari ketaatan kepada firman Allah. Ternyata Firaun bukan hanya tak mengabulkan tetapi malah mengeraskan hati dan memperkejam perbudakan kepada orang Israel. Hal itu membuat penduduk Israel marah kepada Musa dan Harun dan menuduh Musa dan Harun memberi pisau kepada orang Mesir untuk membunuh orang Israel. Israel pun memberontak kepada Musa dan Harun membuat Musa dan Harun menyalahkan Tuhan. Padahal Tuhan sudah cukup memberitahukan sebelumnya bahwa Firaun dan orang Mesir pasti tak akan mengijinkan melainkan akan mengeraskan hati. Musa mengabaikan dan melupakan petunjuk Tuhan, membuatnya tidak siap meghadapi kenyataan pahit dari Israel sendiri. Musa kecewa karena ketaatannya kepada Allah justru mendatangkan kesulitan padanya. Musa mengharapkan keberhasilan tetapi fakta dilapangan adalah kesulitan.
Semakin terbukti bahwa “Untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, umat harus siap mengalami berbagai kesulitan hingga kesengsaraan”. Mentaati Allah sama halnya dengan sikap memposisikan diri menjadi musuh dunia seperti Musa mentaati Allah adalah memposisikan dirinya mejadi musuh Firaun. Bila Firaun menganggap Israel sebagai ancaman bagi Mesir seharusnya dia sangat setuju bila Israel keluar dari Mesir. Ternyata Firaun justru sudah menikmati kemajuan Mesir oleh tenaga para budak Israel. Firaun tetap ingin Isarel berada di Mesir menjadi budak untuk membagun kerajaan Mesir. Firaun beranggapan bila Israel tetap menjadi budak tak akan pernah menjadi ancaman bagi Mesir. Allah tentu tidak akan membiarkan umat-Nya menjadi budak, sebab itu umat-Nya mengalami kejamnya perbudakan sebelum mereka merdeka.
Allah mengajarkan umat-Nya untuk memahami bahwa pembebasan dan mujizat-Nya seringkali didahului oleh keadaan-keadaan yang menyulitkan dan kondisi yang membuat kehilangan pengharapan. Saat-saat kekecewaan melanda orang percaya haruslah terus berjalan dengan iman yang setia kepada Allah karena Dia pasti setia kepada janji-janji-Nya. Pada saat yang ditetapkannya, Dia akan mewujudkan kehendak-Nya di dalam dan melalui umat yang setia mentaati firman-Nya. Allah meyakinkan Musa dengan menyuarakan bahwa Allah sendirilah yang bertindak melawan Firaun agar megijinkan Israel keluar dari Mesir menjadi bangsa yang merdeka. Allah sendirilah yang mengaruniakan kemerdekaan kepada umat-Nya, tetapi umat-Nya haruslah betul-betul membutuhkan dan menghargai kemerdekaan itu. (MT)