Selasa 14 Desember 2021
SESAMA – SESAMA MANUSIA
Sesama : – Manusia – Suku bagsa – Seiman
Bacaan Sabda : Lukas 10:25-37
Lukas 10:27-28 “Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kata Yesus kepadanya: Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”
Sesama adalah kata yang digunakan atas kesamaan satu dengan yang lain. Umat beragama menyatakan sesama seiman pada temannya yang lain beragama yang sama. Biasanya akan nyaman bila hidup bersama seiman. Ada banyak yang dapat dilakukan kepada yang tidak seiman. Bila sesama dikenakan kepada suku dan bangga yang sama maka akan ada kalimat sesama suku atau sesama bangsa.
Dalam menjalin hubungan sudah jelas akan lebih mudah kepada sesama suku bangsa walaupun tidak selalu. Dalam membangun rumah tangga konsep sesama ini sangat prinsip. Orangtua selalu mengharapkan anaknya menikah dengan sesama suku dan tidak sedikit yang melarang anaknya menikah dengan suku yang berbeda. Bagaimana dengan sesama seiman? Firman Tuhan juga melarang pengikut Kristus menikah dengan orang yang berbeda iman. Sangat jelas bahwa pemahaman mengenai sesama ini sering dibenturkan dalam bidang-bidang kehidupan tertentu.
Tetapi dalam mengasihi firman Tuhan sangat jelas bahwa haruslah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Tetapi mengasihi adalah suatu prinsip kehidupan yang tidak harus mengikat tetapi justru membebaskan. Tuhan Yesus memakai kisah Samaria yang baik hati dalam menjelaskan mengasihi sesama manusia untuk menjawab pertanyaan: Siapakah sesama manusia? Tuhan Yesus mengangkat tokoh seorang Samaria yang baik hati dan mengkontraskannya dengan imam Yahudi dan orang Lewi. Imam Yahudi dan suku Lewi sangat paham mengenai sesama. Mereka mengenal sesama karena dalam menolong yang membutuhkan bantuan mereka menjadikan sesama menjadi standar. Mereka menganggap orang itu bukan sesama maka tidak perlu ditolong karena akan ada sesama yang akan segera menolongnnya. Berbeda sengan orang Samaria yang baik hati, karena tak memakai standar sesama dalam menolong orang lain. Dia tidak sibuk menandai siapa yang sesama dan siapa yang bukan sesama. Baginya yang penting adalah dia harus menjadi sesama bagi orang yang membutuhkan bantuannya. Dan Yesus menyimpulkan bahwa orang Samaria yang baik hati telah memposisikan diri menjadi sesama yang membutuhkan bantuannya.
Dengan kata lain Yesus mengajak semua orang percaya tidak sibuk memilah-milah manusia untuk menentukan siapa yang sesama dan siapa yang bukan sesama. Lebih baik menjadikan dan membentuk serta memposisikan diri menjadi sesama bagi siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Jadi, jadilah sesama bagi semua manusia bukan manusia bagi sesama. (MT)
Jadilah sesama bagi manusia, bukan manusia hanya bagi sesama yang sama.