Kamis 28 Januari 2021
BAHAGIA – KERAJAAN ALLAH
Bahagia : – Bukan lahiriah – Tetapi batiniah – Kerajaan Allah
Bacaan sabda : Matius 5:1-12
Yakobus 1:2 “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan”
Dalam Perjanjian Baru kata bahagia itu tidak berbicara mengenai keadaan lahiriah melainkan konsep batiniah. Kebahagiaan itu adalah merupakan sukacita yang bukan berlandaskan materi tetapi berdasarkan nilai-nilai rohaniah. Dalam keadaan kurang menguntungkan secara lahiriah karena mengandung dari Roh Kudus, Maria dalam pandangan umum kurang nyaman tetapi Alkitab menyimpulkan bangsa-bangsa akan menyebutkan dia berbahagia (Lukas 1:48). Yakobus juga berulang-ulang menyatakan bahwa yang berbahagia adalah mereka yang sedang menghadapi cobaan dan bersabar melewati berbagai tekanan hidup. Tidak ada dalam Alkitab yang menyatakan bahwa materi, kekayaan dan harta sebagai sumberkebahagiaan. Orang Galatia berbahagia karena menerima berita Injil (Galatia 4:15). Lebih jelasnya jemaat-jemaat berbahagia karena dalam Yesus mereka menjadi warga Kerajaan Allah. Padahal karena Injil Kerajaan Allah mereka teraniaya dan harus pula melewati berbagai penderitaan.
Letak kebahagiaan justru ada pada kesediaan memikul salib dan kerelaan untuk menyangkal diri. Pada awal-awal pelayanan-Nya Yesus sudah memberi daftar orang-orang yang berbahagia seperti yang tertulis dalam Matius 5:1-12. Sangat bertentangan dengan pendapat dunia tentang hidup berbahagia berdasarkan konsep kerajaan Allah. Tidak salah bila ada yang menyatakan kerajaan Allah itu adalah kerajaan yang sungsang, karena nilai-nilainya betul-betul sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia.
Dalam ajaran Yesus yang biasa disebut khotbah di bukit ini adalah prinsip-prinsip kebenaran sebagai dasar untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati. Dan betul-betul merupakan suatu hal yang baru dari semua pendengar. Yesus mengetahui secara pasti bahwa semua pendengar adalah pencuri kebahagiaan, tetapi konsep mereka tentang kebahagiaan itu betul-betul bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus. Yesus memberi daftar orang-orang berbahagia seperti orang miskin, orang berdukacita, orang yang lemah lembut dan yang lainnya. Dalam pemikiran pendengar pada awalnya tak masuk akal, tetapi setelah dicerna lebih mendalam alasan mereka berbahagia, akhirnya mereka mulai menerima. Tidak heran bila mereka terus menyimak ajaran Yesus. Respon pendengar ternyata sangat baik, bahkan takjub dan menyimpulkan Yesus, mengajar dengan ajaran yang berbeda dari ahli taurat, karena Yesus mengajar praktis dan berkuasa. (MT)
Kerajaan Allah adalah kerajaan yang sungsang karena nilai hidup yang ditawarkan bertentangan dengan nilai hidup dunia.