Sabtu 26 September 2020
MATIUS – PEMUNGUT CUKAI
Matius : – Pemungut cukai – Murid Yesus – Orang berdosa
Bacaan sabda : Matius 9:9-13;10:1-4
Matius 9:12-13 “Yesus mendengar-nya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.“Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Tuhan Yesus datang untuk semua orang tanpa membeda-bedakan status dan strata sosial. Hal itu cukup mengusik para kelompok agama yang sempat beranggapan mereka mendapat perhatian khusus dari Tuhan. Anggapan ini terus saja berkembang dalam pikiran para agamawan. Tanpa mereka sadari anggapan yang perlu ditinjau untuk diperbaiki ini telah merusak tujuan agama. Masakan beragama mencari perhatian khusus Allah. Agama dianut untuk mencari keberpihakan Allah. Faktanya Yesus sangat banyak mengkritik kelompok-kelompok agama. Perlu diketahui bahwa Yesus bukanlah anti agama, karena yang dikritik Yesus bukanlah agamanya, melainkan praktek-praktek keagamaan yang menyimpang dari kebenaran. Sangat perlu dipertanyakan “Mengapa Yesus tidak memilih seorangpun muridnya dari kelompok keagamaan?” Tak perlu memberi jawaban terhadap pertanyaan ini, tetapi sikap para kelompok keagamaan saat Yesus memanggil Matius menjadi seorang dari 12 murid-Nya dapat kiranya memberi jawaban walaupun tidak memuaskan. Matius yang juga disebut Lewi ini adalah seorang pemungut cukai.
Ketika Yesus makan di rumah Matius pemungut cukai yang dihadiri para pemungut cukai lainnya bersama orang-orang berdosa, para kelompok keagamaan merasa terganggu. Mereka mempertanyakan hal itu kepada murid-murid Yesus “Mengapa gurumu makan bersama pemungut cukai dan orang -orang berdosa?”. Jelas sudah jawabannya, ternyata para kelompok keagamaan telah terbentuk menjadi kelompok eksklusif yang menjaga jarak dengan masyarakat umum. Pada saat itu sesungguhnya Yesus bukan hanya memanggil Matius menjadi murid-Nya dari kalangan pemungut cukai.
Tetapi Yesus sedang memberi pedoman untuk bergaul dengan semua orang tanpa membedakan. Hal yang sulit dilakukan kalangan kelompok keagamaan. Yesus sedang mengajar 1 hal kepada murid-murid-Nya bahwa pergaulan kepada orang berdosa itu penting, tetapi harus terukur. Jangan sampai menjadi terlalu dekat apalagi menjadi kesenangan. Pergaulan dengan orang berdosa jangan sampai terdampak melainkan memberi dampak yang baik dan benar. Karena pergaulan dengan mereka adalah berbuat baik dan benar dalam rangka memberi jalan keselamatan. Hal itulah yang dilihat Yesus ada dalam diri seorang Matius sang pemungut cukai ini. Dia adalah orang sakit yang membutuhkan tabib dan orang berdosa yang dipanggil untuk dibenarkan. Matius memang berlatar belakang pemungut cukai tetapi Yesus melihat dia berhati murid yang siap belajar dan diajar untuk melakukan kehendak Allah. (MT)
Berteman dengan orang berdosa? Oke, tetapi harus berdampak bukan terdampak.