Selasa 28 July 2020
YESAYA – DIKUDUSKAN UNTUK DIUTUS
Yesaya : – Dipanggil – Dikuduskan – Diutus
Bacaan Sabda : Yesaya 6:1-13
Yesaya 6:8-9 “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” “Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!”
Allah memanggil nabi Yesaya pada akhir pemerintahan raja Uzia, kurang lebih tahun 740 SM. Diperkirakan pada waktu itu nabi Yesaya sudah bernubuat. Bukan pula pertama dia diberi penglihatan tetapi sebelumnya sudah beberapa kali. Bukan pula pertama kali dia mendengar suara Tuhan tetapi sudah sering sebelumnya. Bila sebelumnya nabi Yesaya diberi penglihatan tentang umat Yehuda, sekarang diberi penglihatan tentang diri sendiri. Sebelumnya Allah memberi perintah untuk disampaikan kepada umat, sekarang Firman datang kepada diri sendiri untuk ditaati. Bila sekarang Yesaya langsung berkomunikasi dengan Allah adalah untuk menerima panggilan, pengudusan dan pengutusan dari Allah. Yesaya diutus untuk menyampaikan firman Tuhan kepada orang yang buta, tuli dan tidak peka secara rohani. Penglihatan yang khusus untuk Yesaya, agar dia mempunyai pemahaman yang benar dan tepat tentang panggilannya sebagai seorang nabi.
Allah menyatakan keagungan, kemuliaan dan kekudusan-Nya kepada nabi Yesaya. Raja Uzia dan nabi Yesaya sama-sama pergi beribadah ke bait suci. Kalau raja Uzia pergi dengan hati dan pikiran yang menyimpang karena tidak tertuju kepada Allah. Akibatnya Uzia tidak dapat berkat, tetapi mendapat laknat. Uzia ditimpa penyakit menular dan harus diungsikan. Penyakit yang membawanya kepada kematian itu menjadi alasan dikubur bagaikan rakyat biasa dan bukan di pemakaman para raja. Nabi Yesaya dan saudara-saudaranya pun pergi beribadah ke tempat yang sama. Bedanya dengan raja Uzia adalah pada sikap hati dan pikiran. Yesaya beribadah dengan hati yang tulus dan pikiran yang tertuju kepada Allah. Yesaya bertemu dengan Allah dan menikmati pengalaman spiritual yang mengagumkan. Penglihatan di Bait Allah itu sangat menggetarkan hati dan jiwanya, tetapi sangat memberkatinya karena merupakan jawaban dari keragu-raguannya sebelumnya. Penglihatan yang mengguncangkan jiwanya itu mengubah Yesaya secara total. Karena bibirnya yang najis disentuh Tuhan dan disucikan Tuhan. Sejak saat itu dari bibir Yesaya mengalir nubuat-nubuat penuh rahmat dengan menubuatkan Yesus Kristus sang juruselamat .
Bila raja Uzia penguasa yang angkuh itu menjadi ancaman bagi orang lain, maka Yesaya yang hatinya disentuh oleh Tuhan terbentuk menjadi lemah lembut justru menjadi rahmat untuk orang lain. Dalam Bait Allah yang sama dua orang datang dengan sikap hati yang berbeda. Akibatnya pun berbeda. Kuasa Uzia diakhiri tetapi misi Yesaya dipertegas dan dilanjutkan. (MT)
Kuasa sering menjadi ancaman bagi orang lain tetapi kasih sejati selalu menjadi rahmat bagi semua orang.