Sabtu 27 Juni 2020
AHAS – PEMUJA KESUKSESAN
Ahas anak Yotam : – Raja Yehuda – Perencana dan pembisnis – Pemuja kesuksesan
Bacaan sabda : 2 Raj. 16:1-20
2 Raja-raja 16:3 “Tetapi ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan dia mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel.”
Ahas bukan mencontoh hal-hal yang sangat baik dari ayahnya Yotam. Justru Ahas menganggap hidup benar ayahnya sebagai hal yang tidak patut ditiru karena tidak mendatangkan kemajuan bagi suatu bangsa. Sikap ayahnya yang tidak mau membangun hubungan dengan Israel dan bangsa-bangsa lain dianggap sebagai kelemahan suatu bangsa. Ahas adalah seorang anak muda yang cerdas. Dia perencana unggul dan pembisnis ulung. Membangun hubungan dengan Israel dan bangsa-bangsa lain baginya penting untuk meningkatkan kemajuan ekonomi bangsa Yehuda. Ternyata keterbukaan kepada bangsa-bangsa mendatangkan kerugian besar bagi kehidupan kerohanian dan keagamaan Yehuda. Ahas mempraktekkan penyembahan berhala baal dan berbagai berhala yang masih bercokol di bangsa-bangsa Kanaan.
Di era pemerintahan raja Ahas Yehuda memasuki masa suram yang marak dengan berbagai kekacauan sebagai wujud dari kemerosotan rohani. Kemurtadan begitu hebat sehingga raja Ahas melakukan upacara keagamaan kafir dengan mempersembahkan anaknya dalam api sebagai korban kepada dewa-dewa kafir. Pikiran Ahas tertuju kepada kekayaan materi. Nasehat-nasehat para nabi seperti nabi Yesaya dianggap sepi. Tak pernah terlintas dipikirannya menjadikan firman Allah yang disampaikan para nabi sebagai standar dalam bersikap. Ahas menganggap hukum taurat mengikat dengan membatasi kebebasannya dalam membangun kemakmuran Yehuda. Ahas tidak percaya kepada campur tangan Tuhan untuk kesejahteraan umat, yang dipercaya adalah uang untuk kemakmuran dirinya. Dia sangat terganggu dengan peringatan berulang-ulang dari nabi Yesaya agar percaya dan mentaati Tuhan. Segala upayanya buat sementara sepertinya berhasil, tetapi setelah ditimbang-timbang pada akhir pemerintahannya kekayaan rumah Tuhan hampir terkuras semuanya. Terbukti hikmat duniawi dalam pekerjaan Tuhan akan selalu mengakibatkan kemiskinan rohani.
Sepanjang sejarah gereja Tuhan terus menerus terjadi praktek-praktek yang sama. Praktek yang dimaksud adalah menjadikan kesuksesan secara materi sebagai standar kebenaran. Tetapi perlu kita ingat pada akhirnya kebenaran sejati akan tetap menjadi pemenang. Tidak ada yang salah dengan uang dan kekayaan. Uang itu natural. Sikap kepada uang itulah yang harus dikuasai. Jadikan uang menjadi hamba bukan tuan. (MT)
Kekayaan dan uang adalah hamba yang baik tetapi bisa menjadi tuan yang kejam. Sebab itu jadikanlah dia tetap menjadi hamba.