Minggu 19 April 2020
ELI – AYAH YANG GAGAL
Eli : – Seorang imam – Ayah yang gagal – Pengasuh berhasil
Bacaan Sabda : 1 Sam. 2:12-36
1 Samuel 2:12, 34 “Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati.”
Sangatlah memprihatinkan bila seorang imam mempunyai anak-anak yang dicap sebagai anak-anak dursila. Itulah hal yang harus dihadapi seorang imam Israel bernama imam Eli. Karakter imam Eli cukup baik dan kehidupan imannya juga cukup bergairah. Imam Elilah yang menyatakan kepada Hana bahwa permohonannya meminta anak dari Tuhan pasti akan dikabulkan. Alkitab mencatat imam Eli adalah seorang suami yang setia tidak ada catatan mengenai dirinya berpoligami. Entah kenapa dua orang anak laki-lakinya yang adalah juga Imam justru menyalahgunakan kedudukan dengan keserakahan dan kejahatan seksual. Imam Eli Bukannya tidak menasehati hanya saja sepertinya tidak tegas. Kesalahan fatal Hofni dan Pinehas sudah harus diberi peringatan keras yang disusul dengan memberi disiplin dengan memecat mereka dari jabatan sebagai imam. Sikap kurang tegas imam Eli ini dapat dikategorikan sebagai kegagalan seorang ayah. Lebih jauh lagi dapat disetarakan dengan menghina Allah.
Imam Eli menghadapi dilema dalam bersikap kepada dua orang putra yang sudah tentu sangat disayangi oleh imam Eli. Sebenarnya sebagai ayah imam Eli tidak kurang dalam menasehati. Mungkin saja imam Eli sampai menangis menasehati tetapi sepertinya tidak pernah memarahi. Padahal memarahi tidak perlu selalu dinilai buruk. Terkadang memarahi justru adalah wujud dari mengasihi. Memarahi dengan alasan yang benar dari hati yang mengasihi, pada waktu yang tepat adalah hal yang sangat penting dalam mendidik. Sangat tragis akibat kelalaian imam Eli. Dua orang putranya mati muda pada waktu yang bersamaan. Tak boleh juga kita menutup mata bila imam Eli adalah seorang ayah asuh yang berhasil.
Dalam asuhannya Samuel bertumbuh menjadi anak muda yang takut akan Tuhan. Dapat dipastikan bahwa imam Eli mengasihi Samuel juga. Tentu dengan kasih yang berbeda. Perbedaannya adalah pada perasaan imam Eli terhadap Samuel. Sudah barang tentu imam Eli memperlakukan Samuel secara berbeda. Perbedaan itu adalah pada ketegasan dan kemauan keras untuk memarahi Samuel saat berbuat salah. Tentu tak tersangkali bila dasar karakter kedua Putra imam Eli berbeda jauh dari Samuel. Imam Eli juga sudah siap menerima segala kemungkinan tetapi cukup bangga pula atas keberhasilan mengantar Samuel menjadi penggantinya. (MT)
Walaupun kelemahlembutan itu penting dan indah tetapi terhadap diri sendiri perlu keras dan tegas.