Senin 27 Mei 2019
KUASA ALLAH
Yosua 5:2 – 6:27; Ayub 23; Kisah Para Rasul 9:26-43
Ayat Mas / Renungan
Yosua 6:20 “Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu.”
Runtuhnya tembok Yerikho adalah salah satu cerita Alkitab pilihan yang sangat menarik untuk diceritakan kepada peserta didik di kelas. Tetapi biasanya konsep yang dikembangkan adalah faktor peristiwa spektakulernya. Contohnya hanya dengan pujian kepada Allah tembok tebal sekitar enam meter dan tingginya sekitar empat belas meter itu dapat diruntuhkan. Sehingga muncullah tema “Allah bertahta di atas pujian umat-Nya”. Ada pula yang memberi tema dasyatnya doa keliling. Sebab dengan mengelilingi kota Yerikho sambil bernyanyi, berdoa dan meniup sangkakala tembok benteng itu dapat dirobohkan.
Tentu saja dahsyatnya pujian dan doa tak perlu diragukan lagi, tetapi sesungguhnya ada hal yang paling utama perlu mendapat sorotan dalam peristiwa spektakuler ini :
- Sorotan pertama adalah anggapan umum tentang kekuatan tembok Yerikho. Sebenarnya untuk ukuran sekarang Yerikho tidaklah layak disebut sebuah kota, karena luasnya hanya kira-kira empat hektar saja. Kota Yerikho adalah sebuah kota benteng bukan hanya buat penduduk Yerikho tetapi juga buat penduduk di sekiratnya. Dijadikan benteng bukan saja karena kekuatan temboknya tetapi juga dipercaya oleh orang Kanaan sebagai benteng yang aman karena dilindungi oleh para dewa berhala yang mereka sembah. Jadi bila tembok Yerikho runtuh berarti Allah sedang menunjukkan bahwa kekuatan dan kuasa dewa Kanaan tak berdaya di hadapan Allah. Jadi bila Yerikho sudah dihancurkan berarti seluruh Kanaan sudah pasti akan mudah dikalahkan.
- Sorotan kedua adalah bahwa runtuhnya tembok Yerikho adalah tindakan Allah langsung untuk membuktikan bahwa Allah sendirilah yang berperang untuk umat-Nya. Jadi bukanlah karena dikelilingi, bukan karena bunyi sangkakala, bukan pula karena nyanyian umat. Kota Yerikho runtuh adalah tindakan Allah langsung karena ketaatan umat kepada firman Allah.
Jadi bunyi sangkakala dan pujian umat serta mengelilingi tembok tidak ada artinya bila dilakukan di luar perintah Allah. Hal itu berarti setiap tindakan perlu dipastikan apakah tindakan itu sesuai dengan firman Allah. Meniup sangkakala dilakukan umat pada saat itu adalah atas dasar perintah Allah tentu tidak lagi berlaku sampai sekarang. Mengelilingi tembok berfungsi saat itu karena diperintahkan Allah, tentu sekarang tidaklah berlaku.
Tetapi memuji Tuhan dan berdoa tentu saja tetap menjadi nilai yang berlaku karena memuji Tuhan dan berdoa adalah perintah abadi Allah untuk ditaati umat-Nya. (MT)
Bukan nyanyian dan bukan pula berkeliling tetapi ketaatanlah yang menghadirkan kuasa Allah.