Sabtu 27 April 2019
DIPIMPIN UNTUK MEMIMPIN
Matius 21:1-27; Bilangan 17-18; Pengkhotbah 11:1-8
Ayat Mas / Renungan
Bilangan 17:7-8 “Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah. “Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.“
Persungutan demi persungutan, pemberontakan demi pemberontakan sudah menjadi kebiasaan umat Israel dibawah kepemimpinan Musa dan Harun. Ada indikasi bahwa persungutan dan pemberontakan umat bersumber dari keinginan untuk diperhitungkan menjadi bagian dari para pemimpin umat. Ada juga rasa tidak puas karena imam harus dari suku lewi. Padahal pemilihan Allah atas keimaman suku Lewi adalah kedaulatan Allah. Allah yang Matatahu selalu tepat dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi umat-Nya. Untuk mengatasi masalah persungutan dan pemberontakan Allah memerintahkan Musa mengumpulkan tongkat di taruh dalam kemah pertemuan di hadapan tabut hukum. Maka terjadilah suatu mujizat, yaitu tongkat Harun (suku Lewi) bertunas. Melalui tongkat Harun yang bertunas ini, Allah membela pemilihan suku Lewi menjadi imam dan Harun sebagai imam besar oleh Allah sendiri.
Tuhan mengadakan mujizat untuk mensahkan dan meneguhkan kepemimpinan pilihan-Nya. Hal yang sama telah dilakukan Allah sebeblumnya di hadapan umat Israel untuk meneguhkan kepemimpinan Musa. Tetapi peneguhan Allah tidak boleh dijadikan menjadi pengganti tanggungjawab pemimpin untuk meneguhkan kepemimpinannya. Semua pemimpin harus bertanggungjawab meneguhkan kepemimpinannya melalui perilaku yang baik sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Para pemimpin umat Allah Perjanjian Baru memperoleh kuasa Roh Kudus yang meneguhkan kepemimpinannya. Tetapi harus juga disertai tanggungjawab pribadi membangun kehidupan saleh agar pemberitaan dan kepemimpinannya layak ditaati. Semua suku Lewi dan para imam teristimewa imam besar bertanggungjawab atas setiap penajisan dan pelanggaran terhadap hukum Allah. Sama halnya dengan semua pelayan Tuhan bagi umat Allah Perjanjian Baru harus bertanggungjawab penuh atas kegagalannya menjadi teladan melalui perilakunya. Sebab itu harus sangat berhati-hati dalam menjalankan roda kepemimpinannya demikian juga dalam bersikap ditengah umat Tuhan.
Sejak awal Allah mendirikan komunitas umat yang menyembah kepada-Nya disertai dengan pengaturan yang tertib. Ada pemimpin dan pelayanan dan ada umat atau warga jemaat. Seluruhnya bertanggungjawab untuk kemajuan komunitas. Diberi kesempatan memberi sumbangsih dalam bentuk apapun agar komunitas tetap beroperasi dan bertumbuh. Dibuat perjanjian garam sebagai simbol pelestarian komunitas yangharus diperjuangkan. (MT)
Orang yang rela mentaati pimpinan akan menjadi seorang pemimpin, karena pemimpin sejati haruslah mau dipimpin.