Senin 22 April 2019
JANGAN HIDUP SIA-SIA
Matius 18:18-35; Bilangan 7-8; Pengkhotbah 6
Ayat Mas / Renungan
Pengkhotbah 6:1-2 “Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: “orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.”
Kitab Pengkhotbah ditulis raja Salomo pada masa tuanya. Bila kita teliti membaca Kitab Pengkhotbah bisa-bisa membuat kita bingung, karena menemukan pendapat yang sangat bertentangan dengan pendapat umum. Tentu semua kesimpulan-kesimpulan yang sungsang ini berhubungan dengan pengalaman hidup raja ternama dan bijak raja Salomo. Pernyataan-pernyataan sinis raja kaya raya pada masa kejayaannya ini bersumber dari kekecewaannya.
Sangat tepat bila kitab Pengkhotbah ini adalah renungan-renungan sinis seorang raja yang gagal menemukan kebahagiaan dari kejayaan, kuasa, kedudukan, kecerdasan, keberhasilan dan kekayaan. Selain renungan sinis Pengkhotbah mengungkapkan semua penyesalannyasupaya pembacanya jangan melakukan kesalahan yang sama seperti dia. Pernyataannya ternyata adalah kebenaran abadi karena terbukti kebenarannya betul-betul kuat dan absolut. Terbukti juga bahwa selama-lamanya adalah kesia-siaan menyandarkan hidup kepada harta duniawi dan berbagai ambisi pribadi. Ada banyak orang yang memiliki segala sesuatu untuk dinikmati agar beroleh kebahagiaan, tetapi tidak menemukannya adalah merupakan hal yang sia-sia. Masalahnya adalah karena tak punya karunia untuk menikmati. Kemampuan untuk menikmati segala sesuatu yang kita miliki tergantung kepada hubungan yang benar dengan Allah. Hanya bila manusia mengabdi kepada Allah memungkinkannya menikmati miliknya secara benar dan tepat.
Pengkhotbah menyesal akan perjalanan panjang yang dilewatinya tanpa pengabdian yang benar kepada Allah. Dia telah memiliki segala syarat seorang manusia untuk hidup bahagia. Ternyata dia semakin jauh dari hidup bahagia. Pada masa tuanya dia memperbaiki pengabdiannya kepada Allah. Diapun mulai merenggangkan genggamannya dari segala kebendaan yang sudah cukup lama dibanggakan. Bukan itu saja, tetapi mulai menjauh dari status kehormatan yang selama ini dipertahankan dengan sekuat tenaga dan kemampuan yang ada. Dia mulai mendekat kepada Allah sumber kebahagiaan. Setelah dia dekat dengan Allah dia pun memperoleh kebahagiaan yang sejati. Dia menulis pengkhotbah sebagai kesaksian betapa sia-sianya hidup tanpa pengabdian yangbenar kepada Allah. Pesan utamanya adalah jangan tertipu dengan pesonanya kekayaan, bila kekayaan itu menjauhkanmu dari Allah, karena segala kekayaan tanpa Allah adalah kehidupan yang sia-sia. (MT)
Kekayaan, Kejayaan akan menjadi sesuatu yang sia-sia bila terlepas dari pengabdian kepada Allah.