Kamis 11 April 2019
SI PENCURI KESALAHAN
Matius 12: 1 – 21; Imamat 14; Amsal 26
Ayat Mas / Renungan
Matius 12:20-21 “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. “Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”
Mempersalahkan orang lain sama mudahnya dengan melihat kesalahannya. Tetapi tidak demikian dengan Yesus. Para ahli taurat dan Farisi adalah ahli dalam hal melihat kesalahan dan sekaligus menghakiminya. Mereka bekerja keras untuk melihat kesalahan Yesus, namun tidak pernah berhasil menemukannya. Para pencari kesalahan ini semakin penasaran akhirnya mereka menjebak dengan berbagai cara, sayangnya mereka tidak menemukan juga. Siasat berikutnya adalah memata-matai kegiatan murid-murid Yesus pada hari sabat. Betul juga mereka menangkap murid-murid Yesus melakukan perbuatan yang tidak boleh dilakukan pada hari sabat. Tetapi Yesus memberi argumentasi dengan menjelaskan faktabahwa Daud dan imam pernah melakukan hal yang sama karena kondisi memaksanya. Bukan Farisi dan ahli taurat namanya bila berhenti mencari kesalahan. Sekarang mereka bertanya tentang boleh atau tidak bolehnya menyembuhkan pada hari sabat. Yesus memberi jawaban yang sangat tepat. “Tentu saja sangat boleh berbuat baik pada hari sabat”. Merasa kehabisan akal menemukan kesalahan Yesus, mereka bersekongkol untuk membunuh Yesus. Si pencari kesalahan itu sangat berbahaya. Jadi lebih baik melihat kebaikan orang lain daripada melihat keburukannya.
Orang Farisi dan ahli taurat sangat terpasung oleh hal-hal yang kurang penting dalam mentaati taurat mengenai hari sabat dan tidak peduli hal-hal yang prinsip. Sangat berbeda dengan Yesus yang justru fokus kepada prinsip-prinsip sabat. Yesus tidak pernah membatalkan prinsip sabat, yang betul adalah Yesus sangat menghormatinya. Karena sesungguhnya konsep sabat sebagai hari perhatian sudah ditetapkan sebelum ada hukum taurat. Sejak penciptaan alam semesta Allah sudah menetapkan satu hari dari tujuh hari sebagai hari untuk beribadah menyembah dan bersyukur kepada Allah. Umat Allah Perjanjian Lama mempergunakan sabat sebagai hari beristirahat dari semua pekerjaan untuk mempersembahkan diri kepada Allah. Sedangkan Allah Perjanjian Baru atau Gereja Tuhan menggunakannya membangun hubungan secara khusus kepada Allah agar semakin mengenal Dia. Bila Israel merayakan sabat menyatakan identitas sebagai umat pilihan Allah, maka gereja beribadah untuk menyatakan diri sebagai milik Allah yang hidup di tengah dunia sebagai ladang Allah. Sementara Farisi dan ahli taurat sibuk mencari kesalahan Yesus, Yesus sibuk menyatakan belas kasihan-Nya. (MT)
Lebih baik menemukan kebaikan orang lain daripada mencari-cari kesalahannya.