Sabtu 06 April 2019
DOSA TIDAK BOLEH DIDIAMKAN
Matius 9:18 – 38; Imamat 5 – 6; Amsal 21
Ayat Mas / Renungan
Matius 9:35-36 “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Dosa tidak boleh didiamkan begitu saja. Sebab itu setiap dosa membutuhkan cara penanganan masing-masing. Bila didiamkan saja dosa akan tetap menjadi dosa dengan segala akibatnya. Salah satu aturan sesuai hukum taurat adalah mempersembahkan korban penebus salah. Korban penebus salah dipersembahkan untuk menebus kesalahan lalai dalam memberi persembahan, lalai dalam memelihara segala sesuatu yang dikategorikan sebagai milik Tuhan dan melakukan pencurian, penipuan atau kebohongan dan lain-lainnya yang terkadang dianggap hanya berupa kelalaian. Jelasnya setiap kesalahan besar atau kecil tidak boleh didiamkan begitu saja. Di bawah tuntunan taurat termasuk hukum sipil setiapkesalahan mempunyai penanganan khsusus. Hal itu mengajar umat Israel cara-cara benar dan berlaku sepanjang sejarah perjalanan Israel sebagai umat Allah Perjanjian Lama dalam menghampiri Allah. Menjalin hubungan dengan Allah harus selalu melalui darah perdamaian sebagai standar kekudusan yang ditetapkan Allah bagi umat pilihan-Nya. Jadi ada dua hal yang harus menjadi fokus umat Allah sepanjang sejarah. Perdamaian umat dengan Allah terjadi oleh adanya darah perdamaian. Darah perdamaian diwujudkan melalui pengorbanan binatang tertentu seperti diatur dalam hukum taurat. Kata perdamaian mengandung arti “menutup atau membuat penutup”.
Jadi korban-korban darah binatang merupakan darah penutup dosa, yang bersifat sementara hingga waktu tergenapi sampai Yesus mati menjadi korban sempurna untuk menghapus dosa manusia. Dalam hal ini imam-imam melambangkan Yesus. Hanya saja sangat berbeda dalam tugas dan fungsi. Jika imam-imam mengorbankan binatang. Yesus mengorbankan diri-Nya. Jika para imam berulang-ulang mengorbankan binatang Yesus mengorbankan diri-Nya sekali untuk selama-lamanya. Hal selanjutnya adalah mengenai kekudusan. Allah berulang-ulang menyerukan “Kuduslah kamu, sebab Aku Tuhan Allahmu kudus” (Imamat 19:2; 20:7). Bila manusia menerapkan hidup kudus, berarti hidup murni dan taat. Kekudusan itu terungkap melalui jenis binatang yang dikorbankan haruslah binatang yang tidak bercacat. Jadi pendamaian dan kekudusan harus selalu sejalan. Pendamaian berbicara mengenai hubungan dekat antara Allah dengan umat-Nya. Kekudusan adalah cara hidup, ketaatan hidup dan kemurnian hati umat-Nya yang datang menyembah kepada Allah. (MT)
Allah tak akan pernah mendiamkan dosa merusak hidup umat-Nya, karena kasih-Nya sajalah yang mengalahkannya.