Sabtu 16 Maret 2019
ALLAH MELATIH UMAT-NYA
Ibrani 6; Keluaran 3-4; Mazmur 41
Ayat Mas / Renungan
Keluaran 3:9-10 “Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.“Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”
Pendidikan berkualitas di istana Firaun tak perlu diragukan. Tentu saja filsafat Mesir sangat memadai untuk seorang putra mahkota yang dididik secara ketat sebagai seorang calon pemimpin. Tetapi ternyata belum cukup, dan masih kurang memadai dalam hal memimpin Israel keluar dari Mesir. Jumlah umat Israel yang semakin bertambah menjadi satu bangsa yang besar pun tidak cukup kuat menghadapi bangsa Mesir yang betul-betul sudah mempunyai peralatan pertahanan yang memadai menjadi satu bangsa. Allah masih mengijinkan kondisi sulit sebagai gembala di rumah Yitro mertuanya di Midian membentuk karakter Musa. Dalam melakukan tugas sebagai gembala, Musa belajar menyendiri membangun hubungan intim dengan Allah selama empat puluh tahun. Allah melatih umat Israel agar terbiasa hidup bersandar kepada Allah. Menjadi bangsa yang besar sebagai budak di Mesir, diijinkan Allah melatih umat-Nya menjadi bangsa yang kreatif untuk berkarya bukan menjadi bangsa yang kuat untuk berperang.
Kekejaman bangsa Mesir memperbudak mereka menumbuhkan iman bangsa pilihan Allah ini berseru kepada Allah. Hal itu menjadi pelajaran berguna bagi umat Israel sepanjang sejarah perjalanan sebagai bangsa pilihan Allah. Letak kekuatan mereka bukan pada diri mereka, tetapi pada Allah. Allah sendirilah yang membuat mereka berkembang di bawah tekanan bangsa Mesir. Setelah Musa terbentuk menjadi pemimpin dan Israel terkondisikan sebagai bangsa pilihan Allah, maka Allah pun melanjutkan karya-Nya. Allah memanggil dan mengutus Musa memimpin Israel keluar dari Mesir. Pada saat itulah Allah menyatakan diri sebagai AKU ADALAH AKU kepada Musa. Aku adalah Aku yang menjadi dasar nama Yahweh, mengandung pengertian bahwa Allah itu adalah, Allah yang bertindak dan ingin dikenal sebagai Allah yang selalu hadir dan aktif untuk umat-Nya. Ketika Dia berfirman “Aku akan menjadi Allahmu” berarti hubungan Allah dengan umat-Nya akan berlangsung selama-lamanya. Ketika Allah menyebut nama-Nya, bukanlah nama harafiahnya yang penting, tetapi arti yang terkandung dalam nama itu. Ketika Yesus lahir, ia dinamakan Imanuel (Matius 1:25), dan Aku adalah (Yakobus 8:58). Dan kalau kita selalu memanggil Dia Tuhan Yesus artinya Dia menyertai dan selalu ada melekat juga dalam nama-Nya. (MT)
Bagi Mesir memperbudak adalah menyengsarakan tetapi Allah menggunakannya untuk melatih umat-Nya.