Sabtu 24 Maret 2018
MENGEJAR KEKUDUSAN
Matius 5:8; Mazmur 24:1-10
Adakah manusia yang suci hatinya? Bukankah semua hati manusia tercemari oleh dosa? Pertanyaan yang wajar dan umum dipertanyakan oleh banyak orang. Tidak ada seorangpun yang suci hatinya dari dalam dirinya sendiri. sebab yang suci hatinya adalah orang-orang yang telah dibebaskan dari kuasa dosa oleh kasih Allah melalui karya penyelamatan Yesus Kristus. Karena sudah disucikan maka mereka pun berjuang memiliki sikap hati yang tulus dan murni untuk meneladani hati Yesus. Kerinduan utama yang tertebus adalah mengasihi kebenaran. Perjuangan penting umat tertebus adalah membenci dan menjauhi kejahatan.
Pertanyaan baru muncul “Betulkah orang yang disucikan itu melihat Allah?” Bukankah manusia yang melihat Allah bisa mati? Musa tidak tahan melihat Allah. Bukankah semua orang yang melihat Allah akan mati (Keluaran 33:20). Betul, tidak ada orang yang mampu melihat Allah dengan mata kepala, tetapi orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya adalah anak Allah. Hubungan ini adalah syarat untuk melihat Allah. Tentu bukan dengan mata kepala tetapi dengan mata hati.
Melihat Allah adalah menjadi anak-Nya, tinggal di hadapan-Nya kini, di sini dan masa yang akan datang di keabadian. Raja Daud mengangkat suatu hidup yang bernilai Abadi yaitu “orang yang tangannya bersih dan hatinya tulus”. Tangan yang bersih adalah umat Tuhan yang menggunakan tangannya secara selektif tidak sembarangan. Dia bekerja dengan baik dan benar. Tindakannya selalu diukur dengan firman Tuhan sebagai kebenaran mutlak dalam hidupnya. Hati yang murni adalah kekudusan batin, motivasi yang tulus untuk mencapai tujuan yang benar. Hanya orang yang tangannya bersih dan hatinya murni tepat dan benar datang menyembah dan melayani Allah. menyembah Allah dengan tangan yang bersih dan hati yang murni akan menerima berkat dan keadilan dari Tuhan.
Bila kita secara konsisten membangun diri dengan cara mengupayakan secara serius bertangan bersih dan berhati murni berarti kita sedang mengejar kekudusan. Tetapi bukankah Kudus itu mustahil? Hidup kudus tentu mustahil dalam pengertian hidup sempurna tanpa dosa sebab kekudusan itu adalah pemberian Allah. Karena kita bukan Kudus tetapi dikuduskan Allah atau dipisahkan Allah untuk menjadi milik-Nya. Mengejar kekudusan adalah terus-menerus meresponi kasih Allah dengan terus berusaha meneladani kehidupan seperti Yesus.
- M1 – Menerima : Terima firman Allah dengan yakin Allah membentuk saudara bertangan bersih dan berhati murni.
- M2 – Merenungkan : Bagaimanakah kita melihat Allah?
- M3 – Melakukan : Kejarlah kekudusan.
- M4 – Membagikan : Sharingkan indahnya mengejar kekudusan.