Jumat 12 Januari 2018
OTENTISITAS SEORANG PENUAI
Bilangan 12:1-16
“Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi” (Bilangan12:3)
dari jejak rekam kehidupan Musa boleh dibilang, dia bukanlah seorang yang lembut. Dia pernah melakukan pembunuhan di Mesir dan kita tentu ingat sikap emosionalnya memukul Gunung Batu yang seharusnya dia hanya berkata saja sesuai perintah Allah. Kelembutan hati Musa terletak pada kepercayaannya Kepada Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang patut dipercaya dan ditaati. Imannya mengajarnya untuk terus membuang sifat egois dan Ambisi yang fasik. Musa terbentuk menjadi sosok yang lembut adalah proses panjang seiring dengan pengabdian kehidupannya yang total kepada Allah.
Dalam kasus pemberontakan Miryam dan Harun kepada Musa sangat jelas bahwa Musa meresponinya sangat benar dan tepat. Musa membuktikan dirinya seorang yang otentik. Dia memperlihatkan bahwa dirinya adalah seorang yang hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Miryam dan Harun mempermasalahkan otoritas Musa yang dikaruniakan Allah sebagai alat memimpin umat dan menyampaikan Firman Allah kepada umat. Mereka mempertanyakan “Mengapa harus Musa? kita juga kan bisa!” Mereka tidak menyadari bahwa Allah berdaulat penuh mengaruniakan otoritas kepada siapa Allah mau. Lagipula Musa hanyalah menerima otoritas tersebut tanpa pernah merebut dari siapapun. Dalam Ibrani 2:3-6 menjelaskan bahwa Musa penyampai Firman atau perantara Perjanjian Lama dan Yesus adalah Firman yang nyata dalam Perjanjian Baru.
Musa menghargai pemberian Allah sebagai penyampai Firman dengan cara membangun otentisitasnya hidup sesuai dengan Firman Yang diberitakannya. Miryam dan Harun adalah pemimpin tetapi status pemimpin tidak perlu membuat mereka melakukan otoritas yang diberikan Allah kepada Musa. Mereka gagal menempatkan diri pada otoritas yang sah, akibatnya Miryam harus menanggung resikonya. Di sinilah kelembutan hati Musa terbukti. Musa bukan saja mengampuni Miryam tetapi memohon pengampunan kepada Allah. Musa adalah teladan yang baik bagi seorang penuai yang mau menjadi sosok pribadi yang otentik. penuai adalah seorang pemberita kebenaran dalam melakukan perannya menuai jiwa bagi Tuhan.
Sebab itu dia harus hidup sesuai dengan berita kebenaran yang diberitakan otentisitas seorang penuai bukanlah hal yang terjadi tanpa perjuangan. Otentisitas terbangun sebagai proses hidup sesuai dengan pemberitaan kebenaran dalam penuaian.
- M1 – Menerima : Terima Firman Tuhan yang saudara baca sebagai fakta.
- M2 – Merenungkan : Coba temukan bukti kelembutan hati Musa.
- M3 – Melakukan : Masukilah proses memiliki kelembutan hati.
- M4 – Membagikan : Berbagilah tentang indahnya hidup lemah lembut.